MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
“TUGAS PERKEMBANGAN
ANAK-ANAK AKHIR (6-11 TAHUN)”
Dosen Pengasuh : Evania Yafie, M.Pd
Kelompok 4
Kurniapeni Margi R : (14150004)
Izzafia Alhaq :
(14150015)
Asriatus Sangadah : (14150020)
Muhibbatul Laili : (14150032)
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tugas Perkembangan Anak pada Masa Anak-Anak Akhir
Menurut Havighurst[1],
tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode
kehidupan tertentu; dan apabila berhasil
mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan
kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat. Perkembangan selanjutnya akan
mengalami kesulitan. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk fase anak-anak
akhir dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
·
Belajar
ketangkasan fisik untuk bermain
·
Pembentukan
sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh
·
Belajar
bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
·
Belajar
peranan jenis kelamin
·
Mengembangkan
dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
·
Mengembangkan
pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan
sehari-hari
·
Mengembangkan
kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
·
Belajar
membebaskan ketergantungan diri
·
Mengembangkan
sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga
Fase kehidupan
manusia diawali dengan fase bayi. Kemudian bayi tumbuh menjadi balita. Pada
usia 6 tahun, manusia memasuki fase anak-anak yang termasuk dalam fase sekolah.
Adapun menurut Baharuddin (2014), tugas-tugas perkembangan anak pada masa anak
adalah:
a.
Mempelajari kecakapan-kecakapan
jasmaniah yang dibutuhkann untuk permainan sehari-hari. Mempelajari
kecakapan-kecakapan jasmaniah yang perlu dalam kegiatan jasmani (menyepak bola,
menangkap, melempar, dan mempergunakan alat-alat yang sederhanan).
b.
Membentuk sikap yang baik terhadap
diri sebagai suatu makhluk yang sedang bertumbuh. Hakikat tugas adalah
mengembangkan kebiasaan memelihara tubuh, kebersihan, keamanan,, kemampuan
mempergunakan tubuh dan sikap yang penting terhadap kelamin.
c.
Belajar bergaul dengan teman
sebaya. Anak-anak meninggalkan lingkungan keluarga memasuki dunia teman
sebayanya pada permulaan periode sekolah dari lingkungan keamanan emosional ke
lingkungan baru yang mengundang kompetisi dalam usaha menarik perhatian guru
atau orang dewasa. Mempelajari peran sosial sebagai laki-laki dan perempuan.
2.2
Perkembangan Fisik Anak pada Masa Anak-Anak Akhir
Menurut Courtis penakaran pertumbuhan yang
longitudinal itu nampak menunjukkan empat lingkaran (sikles). Pengaruh/faktor
yang menentukan dari sikles-sikles ini sebagian menyandarkan kepada struktur
tulang yang keras, pertumbuhan pada tinggi dan berat dan perkembangan
karakteristik pribadi lainnya, minat dan kapasitasnya untuk belajar.
Sikles-sikles tersebut[2]
dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Masa
prenatal, yaitu masa dalam kandungan, yang selama dalam kandungan telah terjadi
perkembangan seperti halnya dengan binatang yang hidup di air.
2. Mas
bayi (rata-rata sejak lahir hingga umur lima atau enam tahun), selama nasa ini
saluran-saluran inderanya mulai berfungsi dan anak tersebut belajar merangkak,
dan berkata-kata.
3. Masa
kanak-kanak (rata-rata dari umur enam sampai dua belas tahun), selama masa ini
nampak gigi-giginya yang tetap, anak belajar membaca, menulis dan merawat
dirinya sendiri, dan perubahan-perubahan yang terjadi ditandai dengan
berlangsungnya kepribadian.
4. Masa
remaja (rata-rata dari umur dua belas sampai delapan belas tahun), selama masa
ini perkembangan organ-organ kelamin memperlihatkan rupa sifat-sifat kelaminnya
dari segi fisik.
Pertumbuhan di masa kanak-kanak awal dan
pertengahan berlangsung secara lambat namun konsisten. Masa ini merupakan
periode tenang sebelum akhirnya mereka mengalami pertumbuhan yang cepat di masa
remaja. Selama usia sekolah dasar, anak-anak bertambah tinggi sekitar 2 hingga
3 inci setiap tahunnya. Ketika berusia 11 tahun, anak perempuan biasanya
memiliki ketinggian 4 kaki 10,25 inci, sementara anak laki-laki biasanya
memiliki ketinggian 4 kaki 9 inci. Di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir,
anak-anak mengalami penambahan berat tubuh sebesar 5 hingga 7 pon setiap
tahunnya. Penambahan berat ini terutama terkait dengan peningkatan ukuran
kerangka dan sistem otot, maupun ukuran beberapa organ tubuh.
Perubahan
proporsi adalah perubahan fisik yang paling jelas terlihat di masa kanak-kanak
pertengahan dan akhir. Lingkar kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki,
berkurang dibandingkan dengan ketinggian tubuh (Hockenberry & Wilson,
2009). Perubahan fisik yang kurang terlihat secara jelas adalah tulang mengeras
di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir namun menjadikan tekanan dan tarikan
yang lebih kuat daripada tulang orang dewasa.
Massa
dan kekuatan otot meningkat secara bertahap ditahun-tahun ini, sementara “lemak
bayi” mulai berkurang. Gerakan-gerakan bebas dan benturan-benturan pada lutut
di masa kanak-kanak awal dapat menumbuhkan otot. Di masa ini, faktor herediter
maupun olahraga dapat melipatgandakan kekuatan mereka. Anak laki-laki biasanya
juga lebih kuat dibandingkan anak perempuan karena memiliki jumlah sel otot
yang lebih banyak.[3]
Pertumbuhan
yang alami bisa dibantu dan dihalangi oleh faktor-faktor lingkungan sekitar
yang merangsang organisme yang sedang tumbuh. Di antara faktor-faktor ini
adalah panas, dingin, cahaya, diet, keadaan kesehatan keluarga, keadaan ekonomi
dan pengalaman yang mempengaruhi pola-pola jasmani dan juga emosi dari
organisme yang sedang berkembang. Perkembangan jasmani individu dipersiapkan
oleh dasar dan ajar sekaligus. Beberapa di antara faktor biologis dan
lingkungan yang mempengaruhi kecepatan dan jenis kemajuan pertumbuhan seorang
anak adalah :
1. Potensi
yang diwariskan.
2. Keadaan
jasmani dan kesehatan dari kedua orang tua selama berlangsungnya pembuahan.
3. Kesehatan
ibu sewaktu mengandung.
4. Kondisi-kondisi
pertumbuhan semasa prenatal.
5. Tidak
ada atau adanya trauma (luka berat) sewaktu lahir.
6. Perawatan
kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan gizi dan tubuh lainnya.
7. Perhatian
medis yang bersifat pencegahan dan pengobatan.
8. Ada
atau tidaknya cacat-cacat jasmani.
9. Perhatian
medis yang bersifat pencegahan dan pengobatan.
10. Kondisi-kondisi
kehidupan kultural atau sub kultural.
2.3
Perkembangan Intelejensi Anak pada Masa Anak-Anak Akhir
Istilah “cognitif” berasal dari kata cognition
dan dalam bahasa inggris knowing berarti mengetahui, istilah kognitif menjadi
populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang
meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan kondisi (kehendak) dan afeksi (perasaan)[4].
Tahap Konkret-Operasional
(7-11 Tahun)
Berakhirnya tahap perkembangan pra-operasional
tidak berarti berakhirnya pula tahap berfikir intuitif yakni berfikir dengan
mengandalkan ilham. Menurut Piaget, tidak sedikit pemikiran orang dewasa yang
juga menggunakan instituisi seperti pemikiran pra-operasional anak-anak.
Contohnya ialah, ketika orang dewasa sedang berangan-angan (daydreaming).
Perbedaan memang ada yakni orang dewasa dapat berfikir, mengubah maju dan
mundur dari intelejensi intuitif (kecerdasan ilhami) ke intelejensi operational
kognitif (kecerdasan akli), sedangkan anak-anak belum bisa melakukannya.
Dalam periode konkret-operational yang
berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memperoleh tambahan kemampuan
yang disebut system of operations (satuan langkah berfikir). Kemampuan
satuan langkah berfikir ini berfaedah bagi anak untuk mengoordinasikan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikiran
sendiri.
Satuan langkah berfikir anak terdiri atas
aneka ragam operation (tatanan langkah) yang masing-masing berfungsi sebagai
skema kognitif khusus yang merupakan perbuatan yang tertutup (interiorized
action) yang dapat dibolak-balik atau ditukar dengan operasi-operasi lainya.
Satuan langkah berfikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelejensi
intuitif. Intelejensi menurut Piaget, bukan sifat yang biasanya digambarkan
dengan skor IQ itu. intelejensi adalah proses, tahapan atau langkah oprational
tertentu yang mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia, disamping merupakan
proses pembentukan pemahaman.
Dalam intelejensi operatinal anak yang sedang
berada pada tahap konkret-operational terdapat sistem operasi kognitif yang
meliputi, 1) conservation; 2) addition of classes; 3) multiplication
of classes. Penjelasan selanjutnya mengenai tiga macam operasi kognitif ini
adalah sebagai berikut:
1)
Conservation (konservasi/pengekalan)
adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti
volume dan jumlah. Anak mampu mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat
kuantitatif benda tersebut tidak akan berubah secara sembarangan. Jumlah cairan
dalam suatu bejana tidakakan berubah meskipun dituangkan ke dalam bejana
lainnya yang lebih besar ataupun lebih kecil. Begitu juga jumlah benda-benda
padat seperti kelereng dan sebagainya, tak akan berubah hanya dengan
mengubah-ubah tatanannya.
2)
Addition of classes (penambahan
golongan benda) yakni kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan
beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah, seperti mawar, dan
melati, dan menghubungkannya dengan golongan benda yang berkelas lebih tinggi
seperti bunga. Di samping itu, kemampuan ini juga meliputi kecakapan
memilah-milah benda-benda yang tergabung dalam sebuah benda yang berkelas
tinggi menjadi benda-benda yang berkelas
rendah, misalnya dari bunga menjadi mawar, melati dan sebagainya.
3)
Multiplication of classes (pelipatgandaan
golongan benda) yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara
mempertahankan dimensi-dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe bunga) untuk
membentuk gabungan golongan benda (sperti mawar merah, mawar putih, dan
seterusnya). Selain itu, kemampuan ini juga meliputi kemampuan memahami cara
sebaliknya, yakni cara memisahkan gabungan golongan benda menjadi
dimensi-dimensi tersendiri misalnya: warna bunga mawar terdiri atas merah,
putih, dan kuning.
Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan
observasinya, Piaget menyimpulkan bahwa
pemamahaman terhadap aspek kuantitatif materi, pemahaman terhadap penambahan golongan benda, dan pemahaman
terhadap pelipargadaan golongan benda merupakan ciri khas perkembangan kognitif
anak usia 7-11 tahun. Perolehan pemahaman tersebut diiringi mulai memiliki
kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya
sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu
dari sekian banyak pandangan orang. Jadi, pada dasarnya perkembangan kognitif
anak tersebut ditinjau dari sudut karateristiknya sudah lama dengan kemampuan
kognitif orang dewasa.
Namun demikian, masih ada
keterbatasan-keterbatasan kapasitas anak dalam mengkoordinasikan pemikirannya.
Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berfikir sistematis mengenai
benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Inilah menjadi alasan mengapa
perkembangan kognitif anak yang berusia 7-11 tahun tersebut dinamakan tahap konkret-operational.
2.4
Perkembangan Sosial Anak pada Masa Anak-Anak Akhir
Perkembangan sosial yakni pengaruh lingkungan sekitar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam subbab ini disampaikan pengelompokan
sosial, proses perkembangan sosial, dan bentuk-bentuk sosial yang dapat
memberikan pengaruh terhadap perkembangan kehidupan sosial terhadap anak pada
masa anak-anak akhir.
a) Ciri Geng Anak-anak
Geng anak
merupakan kelompok bermain. Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak. Pada
mulanya geng terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat
dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga. Geng anak
laki-laki lebih sering terlibat dalam perilaku sosial buruk pada anak
perempuan. Kegiatan geng yang populer meliputi permainan dan olahraga, pergi ke
bioskop, dan berkumpul untuk bicara atau makan bersama. Geng mempunyai pusat
tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa. Sebagian
besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai
pakaian yang sama. Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam
segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.
b) Efek dari Keanggotaan Kelompok
Menjadi
anggota geng seringkali menimbulkan pertengkaran dengan orangtua dan penolakan
terhadap standar orang tua. Permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan
semakin meluas. Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengambangkan prasangka
terhadap anak yang berbeda. Dalam banyak hal merupakan akibat yang paling
merusak, ialah cara anak memperlakukan anak-anak yang bukan anggota geng,
mereka seringkali bersifat kejam kepada anak-anak yang tidak dianggap sebagai anggota
geng. Bermain secara berkelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak
untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama teman. Permainan yang
disukai cendrung bermain kelompok. Pengaruh teman sebaya sangat besar baik yang
bersifat positif seperti pengembagan konsep diri dan pembentukan diri maupun
negative.
c) Bahaya Sosial
Terdapat lima jenis anak yang penyesuaiannya dipengaruhi
oleh bahaya sosial yaitu:
1.
Anak yang
ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman-teman akan kurang mempunyai kesempatan
untuk belajar bersifat sosial.
2.
Anak yang
terkucil, yang tidak memiliki persamaan dengan kelompok teman-teman akan
menganggap dirinya “berbeda” dan merasa tidak mempunyai kesempatan untuk
diterima oleh teman-teman.
3.
Anak yang
mobilitas sosial dan grafisnya tinggi mengalami kesulitan untuk diterima dalam
kelomok yang sudah terbentuk.
4.
Anak yang
berasal dari kelompok ras atau kelompok agama yang terkena prasangka.
5.
Para pengikut
yang ingin menjadi pemimpin kemudian menjadi anak yang penuh dengki dan tidak
puas.
2.4.2 Lingkungan Sosial Anak
Menurut Santrock dalam bukunya berjudul psikologi pendidikan[6]
anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya: keluarga, teman
sebaya-sepermainan (peer), dan sekolah.
1.
Keluarga
Anak-anak
tumbuh dalam keluarga yang berbeda-beda. Beberapa orang tua mengasuh dan
mendukung anak mereka. Orang tua lainnya bersikap kasar atau mengabaikan
anaknya. Beberapa anak orang tuanya bercerai. Anak lainnya hidup dalam keluarga
yang tidak perna bercerai. Anak lainnya ikut dalam keluarga angkat. Beberapa
ayah dan ibu anak bekerja seharian dan
menempatkan anaknya dalam kegiatan sekolah tambahan atau kursus. Ayah dan ibu
dari anak yang lainnya mungkin sudah ada di rumah ketika anak-anak pulang dari
sekolah. Beberapa anak tumbuh dilingkungan yang seragam etnisnya, yang lainya
dalam lingkungan etnis yang bercampur-campur. Beberapa keluarga anak hidup
dalam kemiskinan, yang lainnya berkecukupan. Ada anak yang punya saudara
kandung, ada juga yang tidak. Situasi yang bervariasi ini akan memengaruhi
murid di dalam dan di luar ruang kelas (Cowan & Cowan, 2002; Morisson &
Cooney, 2002)
2.
Teman
Sebaya
Dalam konteks
perkembangan anak, teman seusia adalah anak pada usia yang sama atau pada level
kedewasaan yang sama. Beberapa interaksi teman sebaya memainkan peran unik. Age
grading akan terjadi meskipun sekolah tidak membagi kelas berdasarkan umur dan
anak dibiarkan menentukan sendiri komposisi masyarakat mereka. Salah satu
fungsi terpenting dari kelompok teman seusia adalah memberikan sumber informasi
dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga.
Hubungan teman
sebaya yang baik mungkin dibutuhkn untuk perkembangan normal (Howes &
Tonyan, 2000; Rubin 2000). Isolasi sosial atau ketidak mampuan untuk “nyambung”
dengan jaringa sosial, akan memunculkan banyak problem dan gangguan, mulai dari
kejahatan, mabuk-mabukan, hingga depresi (Kupersmedt & Coie,1990). Dalam
sebuah studi, hubungan dengan teman sebaya yang buruk di masa kanak-kanak
menyebabkan terjadinya drop-out dari sekolah dan tindakan kejahatan di usia
remaja (Roff, Sells & Golden, 1972).
Status teman
sebaya. Para developmentalis telah dengan
tepat menunjukkan empat tipe status teman sebaya: anak popular, anak diabaikan,
anak ditolak, dan anak subkontroversial (Rubin, Bukowski & Parker, 1988;
Wentzel & Asher, 1955; Wentzel & Battle, 2001).
Anak popular
adalah anak yang dikenal oleh banyak anak-anak lainnya. Anak popular memiliki
jiwa sosial yang tinggi, sehingga disukai banyak teman. Mereka cenderung
terbuka, riang, dan mandiri. Anak diabaikan adalah anak yang tidak mendapatkan
perhatian teman-teman di sekitarnya tapi bukan sosok yang dibenci. Anak ditolak
yakni anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga mereka ditolak. Anak
subkontoversial yakni anak yang memiliki kontroversi. Mereka cenderung memiliki
teman yang sifatnya sama, tapi mereka juga dibenci oleh teman-teman yang tidak
seirama.
Persahabatan.
Persahabatan member kontribusi pada status teman usia sebaya dan member
keuntungan lainnya:
·
Kebersamaan
(companionship). Persahabatan memberi
anak partner yang akrab, seorang yang
bersedia meluangkan waktu bersama mereka dan melakukan kegiatan bersama.
·
Dukungan
fisik. Persahabatan memberikan sumber daya
dan bantuan disaat dibutuhkan.
·
Dukungan
ego. Persahabatan membantu anak merasabahwa mereka adalah anak yang bisa
melakukan sesuatu dan layak dihargai. Yang terutama penting adalh penerimaan sosial
dari kawannya.
·
Intimasi/
kasih sayang. Persahabatan memberi anak suatu hubungan yang hangat, saling
percaya, dan dekat orang lain. Dalam hubungan ini, anak-anak sering kali merasa
nyaman mengungkapkan informasi pribadi mereka.
Perubahan
Developmental dalam Hubungan Teman Sebaya. Semasa
sekolah dasar, kelompok teman seusia anak akan makin terdiri dari teman seusia
dengan jenis kelamin yang sama (Macobby, 1995). Setelah mengamati anak-anak SD,
dua peneliti menyebut cirri ini sebagai
“gender school” (Luria & Hezorg, 1985). Mereka mengatakan bahwa anak
lelaki saling mengajarkan perilaku maskulin dan memperkuatnya, dan anak
perempuan sering kali saling mengajarkan kultur wanita dan biasanya suka
berkelompok dengan teman-temannya.
3.
Sekolah
Sekolah merupakan pengalaman formatik
utama, memengaruhi setiap aspek perkembangan.
Di sekolah anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi sosial, memperluas tubuh dan pikiran serta mempersiapkan untuk
kehidupan dewasa. Pengalaman awal sekolah merupakan hal yang kritis dalam
mempersiapkan keberhasilan atau kegagalan masa depan.
Bakat diukur
dan dikembangkan dengan program pendidikan khusus untuk anak berbakat
menekankan pada pengayaan dan ekselerasi. Kreatif dan IQ tidak terkait erat.
Berbagai tes kreativitas berupaya mengukur pemikiran divergen, tetapi validitas
mereka dipertanyakan. IQ 130 atau lebih merupakan standar umum untuk
mengidentifikasi anak-anak berbakat. Definisi yang lebih luas mencakup
kreatifitas, bakat dibidang seni atau atribut lain serta bergantung pada kriteria majemuk
atau identifikasi.
2.5
Perkembangan Emosi Anak pada Masa Anak-Anak Akhir
Emosi
merupakan salah satu aspek perkembangan yang melekat pada diri anak-anak.
Kondisi emosi itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :
positif, misal gembira dan negatif, misal sedih. Konsep emosi cukup penting
bila dikaitkan dengan fungsinya dalam hubungan interpersonal. Dalam hal ini,
ekspresi emosi akan menjadi fasilitasi bagi seorang anak untuk dapat
mengungkapkan perasaannya, perilakunya, serta keinginan-keinginannya.[7]
Pada
hubungan anak dan orangtua, ekspresi emosi merupakan bahasa pertama kali dalam
berkomunikasi. Seorang bayi telah mampu bereaksi terhadap ekspresi wajah dan
nada suara orang tuanya. Sebaliknya, orang tua akan berusaha membaca makna dari
tangisan bayinya. Seiring dengan usia, Pegaulan yang semakin luas membawa anak belajar bahwa ungkapan emosi yang
kurang baik tidak diterima oleh teman-temannya. Oleh karena itu
dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya pola emosi yang
diajarkan orangtua pada anak-anaknya akan membawa dampak terhadap perkembangan
emosi seseorang. Orang tua yang mengajari anak untuk dapat mengontrol emosi dan
memandang emosi negatif sebagai hal yang wajar, disertai dengan cara-cara
mengatasinya akan memunculkan kemampuan anak dalam mengatur emosi sehingga
menghindarkan anak dari masalah-masalah perilaku.
Seiring
dengan waktu, emosi memainkan peran yang kuat terhadap hubungan sosial seorang
anak. Seorang anak yang dapat mengatur emosi secara positif akan menjadi anak
yang populer dan disenangi oleh teman-temannya. Emosi-emosi yang secara umum
dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu,
iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.[8]
Perkembangan
emosi anak-anak adalah sebagai berikut[9]:
·
Menunjukan dan
menamakan perasaan
·
Memiliki kontrol
emosi yang lebih baik
·
Memperlihatkan
konsentrasi rendah bila berpisah dengan orang tua
·
Menunjukan
selera humor
·
Belajar benar
dan salah
·
Mengembangkan
hati nurani (empati) memperlihatkan reaksi dengan orang lain
·
Sensitif dengan
tertawaan dan kritik
·
Menunjukan
kekhawatiran berlebih seperti: perang , kehilangan orang tua
·
Memperlihatkan
ketekunan
·
Menunjukan
empati : merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak akhir
tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial. Orang-orang di sekitarnyalah
yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya. Dunia sosioemosional anak menjadi semakin kompleks dan
berbeda pada masa ini. Interaksi dengan keluarga, teman sebaya, sekolah dan
hubungan dengan guru memiliki peran yang penting dalam hidup anak.maka
di bawah ini akan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai perkembangan sosial
pada masa akhir kanak kanak. (RAHMA, 2014).
[1]
Anonim. “Tugas-Tugas Perkembangan”. Pdf. Hlm. 1
[3] John W.
Santrock, “Perkembangan Masa-Hidup”, Erlangga, Jakarta, 2012,
hlm. 318
[4] Syah Muhibbin.
2000. “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Hlm. 71-73
[5]
Atho’ Zukhruf Thufail, dkk, 2014, http: //edukasi.kompasiana.com (online,
15 februari 2015)
[6]
John W. Santrock, 2007, “Pikologi Pendidikan”, Penerbit Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, hlm. 90
[7]
Atho’ Zukhruf Thufail, dkk, 2014, http: //edukasi.kompasiana.com (online,
15 februari 2015)
[8]
Anonim. 2014. Dalam http://mutiarabijaksana.com/2014/07/07/sebaiknya-anda-tahu-psikologi-anak-usia-dini/.
(20 Februari 2015)
[9]
Ibid,.