Selasa, 24 Februari 2015

HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang  
Psikologi perkembangan adalah cabang dari disiplin psikologi yang memfokuskan studi pada perubahan-perubahan dan perkembangan stuktur jasmani, perilaku dan kondisi mental manusia dalam berbagai tahap  kehidupannya. Mempelajari psikologi perkembangan tidak hanya bagi orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai tahap  perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri sendiri.

MASA NEONATALl (0-2 tahun)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Allah SWT telah berfirman dalam QS: al-Mu’minun: 67

هو الذى خلقكم من تراب ثمّ من نطفة ثمّ من علقة ثمّ يخرجكم طفلا ثمّ لتبلغوا اشدّكم ثمّ لتكووا شيوخا و منكم من يُتوفّى من قبل ولتبتغوا اجلا مسمّى ولعلكم تعقلون

MASA PRANATAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pada hakikatnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Manusia, hewan, dan tumbuhan mengalami pertumbuhan dan per-kembangan mereka masing-masing. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna memiliki beberapa tahapan dalam perkembangannya. Perkembangan tersebut dimulai dari masa pranatal, masa bayi, lalu tumbuh menjadi seorang re-maja, dewasa, dan kemudian meninggal.

TEORI PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah S.W.T yang paling sempurna di antara seluruh makhluk di muka bumi ini. Manusia memiliki lebih banyak masalah yang dihadapi dibandingkan makhluk lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik dari kontak sosial dan lain sebagainya. Maka dari itu, beberapa orang dari sekian banyak manusia itu yakni para ilmuan melakukan berbagai cara untuk mencari pemecahan masalah tersebut,dan akhirnya lahirlah ilmu psikologi yang membahas tentang kejiwaan manusia.

Sebelum mamahami lebih jauh tentang bagaimana fungsi dan pengertian psikologi, sangat dianjurkan untuk mempelajari terlebih dahulu teori-teori yang berkaitan. Baik dari siapa yang mencetuskan teori maupun kebenaranya dalam teori psikologi. Bukan hanya membaca dan memahami pengertian dari psikologi saja, namun kita bisa lebih jeli melihat dari sudut pandang mana kita memahami teori psikologi itu sendiri.
      Psikologi memiliki berbagai macam ilmu, salah satu di antaranya adalah psikologi perkembangan.Psikologi perkembangan merupakan suatu cabang ilmu psikologi yang membahas tentang perkembangan kejiwaan manusia dari prenatal sampai hampir meninggal.

      Makalah yang tersusun ini untuk memahami macam-macam teori psikologi perkembangan, objek psikologi perkembangan, ruang lingkup psikologi perkembangan dan tujuan psikologi perkembangan.









1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa saja macam-macam teori perkembangan?
1.2.2        Apa manfaat dan tujuan mempelajari teori perkembangan?
1.2.3        Bagaimana penerapan teori dan penerapannya dalam proses pembelajaran?
1.3  Tujuan
1.3.1        Menegetahui berbagai macam Psikologi Perkembangan.
1.3.2        Mengetahui manfaat dan tujuan dalam mempelajari Psikologi Perkembangan.
1.3.3        Mengetahui penerapan teori dan penerapannya dalam proses pembelajaran.























BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Macam macam Teori Psikologi Perkembangan
Jika dipahami secara cermat dari penjelasan pengertian mengenai psikologi perkembangan sebagaimana yang telah dikemukakan di awal, maka dapat dimengerti bahwa Psikologi Perkembangan memiliki berbagai macam jenis di antaranya:
2.1.1        Teori Psikoanalisa
Psikoloanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939), seorang psikiater kebangsaan Australia. Sigmund Freud dilahirkan dikota kecil, Freiberg, Moravia. Psikoloanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memiliki beberapa definisi dan sebutan, adakalanya psikoloanalisa disefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai tehnik penyembuhan dan juha sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu :
a.       Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang mengedepankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa depan.
b.      Psikoanalisis adalah tehnik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran .
c.       Psikoanalisis adalan metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Teori psikoanalisis memiliki beberapa konsep-konsep utama yang khas dan berbeda dengan teori-teori kepribadian yang lain. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Insting
Insting adalah elemen dasar dari kepribadian, kekuatan yang memotivasi atau drive yang menentukan arah dari sebuah perilaku. Salah satu insting utama adalah lapar atau haus. Lapar adalah hal pertama yang dirasakan oleh tubuh yang akan membangkitkan kebutuhan fisiologis. Pikiran akan mentransformasi energi jasmaniah menjadi sebuah keinginan. Keinginan ini adalah representasi mental dari kebutuhan fisiologis, atau merupakan isting dorongan yang dapat memotivasi orang untuk dapat berperilaku guna memenuhi kebutuhan tersebut.
2)      Tingakatan kepribadian
Freud membagi tingkatan kepribadian menjadi 3 tingkatan yaitu : kesadaran (konscious), perasadar (prekonscious), dan ketidaksadaran (unconsious).
a)     Kesadaran (Conscious)
Kesadaran berkaitan dengan makna dalam kehidupan sehari, termasuk sensasi dan pengalaman, yang membuat kita menyadari setiap peristiwa yang kita alami.
b)    Pra-sadar (Pre-conscious)
Pra-sadar merupakan lapisan jiwa dibawah kesadaran, dan berada ditengah antara sadar dan tidak sadar. Perasadar sebagai penampung ingatan-ingatan yang tidak dapat diungkap secara cerap. Misalnya kita lupa seseorang yang baru saja ditemui.
c)     Ketidaksadaran (Unconsious)
Ketidaksadaran merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental dan berada dibawah permukaan air. Disamping itu, ketidaksadaran juga merupakan utama dalam teori psikoanalisis. Yang berisi insting-insting atau pengalaman tidak menyenangkan.
3)        Struktur kepribadian
Menurut Freud, kepribadian manusia memiliki sesuatu struktur yang terdiri dari id (da es), ego (das ich), dan super ego (das ueber ich). Struktur kepribadian tersebut akan saling berinteraksi dan akan menentukan perilaku seseorang.
a)      Id (da es)
Id merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan kegiatan psikis manusia, karena berisi insting-imsting, baik insting hidup (eros) yang menggerakkan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur, hubungan seks, dll). Insting kematian, tanatos menggerakkan tingkah laku agresif. Id bersifar primitif dan tidak logis atau tidak rasional.
b)      Ego (das ich)
Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai mediator antara ide yakni keinginan untuk mencapai kepuasan dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Dalam proses ini ego bersifat pragmatis dan kurang memerhatikan atau norma, namun berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dengan cara menunda kesenangan atau kepuasan sesaat. Berbeda dengan ide, ego merupakan sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle).
c)      Super ego
Super ego memiliki beberapa fungsi pertama, merintangi dorongan-dorongan ide, terutama dorongan seksual. Kedua mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan moral dan ketiga mengejar kesempurnaan.
4)        Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalan perasaan yang kita rasakan pada saat cemas. Cemas tidak sama denga takut, dalam konsep Freud kecemasan adalah ketakukan tanpa objek yang jelas, entah karena sering kali tidak dapat menunjukkan sumber kecemasan, entah karena tidak dapat dijelaskan secara spesifik. Menurut Freud ada tiga jenis kecemasan.
a)      Kecemasan nyata atau kecemasan objektif, yaitu ketakutan terhadap bahaya yang terlihat dan yang ada dalam dunia nyata.
b)      Kecemasan neurotik, yaitu bentuk kecemasan yang mengganggu kesehatan mental, kecemasan neurotik berbasi pada anak-anak. Kecemasan neurotik adalah ketakutan yang tidak disadari atas keberadaan hukuman terhadap impulsivitas dari perilaku yang didominasi id.
c)      Kecemasan moral, yaitu kecemasan yang merupakan hasil dari konflik antara id dan super ego. Kecemasan moral merupakan ketakutan seseorang terhadap conscience-nya.
d)     Perkembangan kepribadian, Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual, sehingga lebih dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Tahap perkembangan psikoseksual terdiri atas berikut ini.
a.       Tahap oral (0-1 tahun)
Oral berasal dari kata oris artinya mulut, tahap oral terjadi pada awal kehidupan manusia yaitu usia 0 sampai 1 tahun. Pada tahap ini anak akan menikmato puting ibunya dan memasukkan benda kedalam mulutnya seperti menghisap jempol ataupun dot.
b.      Tahap Anal (1-3 tahun)
Anal berasal dari kata anus, artinya dubur. Peristiwa BAB merupakan pencapaian kepuasan dan memberikan rasa nikamat. Peristiwa ini disebut dengan erotik anal.
c.       Tahap Phalik (4-5 tahun)
Phalik berasal dari kata Phallus, artinya zakar. Pada usia ini anak mulai memperhatikan atau mulai senang memainkan alat kelaminnya sendiri, bahkan mungkin melakukan masturbasi.
d.      Tahap latensi (6-12 tahun)
Disebut latensi karena pada tahap ini merupakan tahap tenang, secara seksual. Pada masa ini mereka tidak memiliki perhatian khusus terhadap jenis kelamin yang berbeda sehingga akan terjadi kelompok yang hanya terdiri dari satu jenis kelamin, anak laki-laki dengan anak laki-laki dan anak perempuan dengan anak perempuan. Tahap ini merupakan masa perluasan kontak sosial denga  orang-orang diluar keluarganya.
e.       Tahap genetika (12-13 tahun)
Pada saat ini , anak mulai masuk periode remaja yang ditandai dengan kamatangan organ reproduksi. Pada masa ini, insting seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif mencintai orang lain atau mulai mengembangkan motif altruis (keinginan untuk memperhatikan orang lain). Motif-motif tersebut mendorong anak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.[12]
2.1.2        Learning Theories
Pada esensinya belajar merupakan suatu kebutuhan dasar (basic need) bagi setiap manusia. Dengan belajar maka pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan manusia terbentuk, disesuaikan dan dikembangkan. Ada pendapat yang mengemukakan bahwa belajar harus mengakibatkan perubahan tingkah laku dan perubahan tersebut sifatnya relatif permanen. Di sisi  lain BobbiDe Porter dan Mike Hernacki menegaskan bahwa belajar pada dasarnya merupakan penyesuaian gaya belajar seseorang di dalam mengolah informasi dalam diri seseorang (Bobbi De Porter dan Mike Hernacki: 2003).
Dari beberapa pendapat mengenai belajar dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang  untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Di tempat lain Slameto mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku itu mempunyai ciri-ciri antara lain:
a.       Perubahan tersebut terjadi secara sadar
b.      Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
c.       Perubahan tersebut bersifat positif dan aktif
d.      Tidak bersifat sementara
e.       Perubahan tersebut mempunyai tujuan dan terarah
f.       Perubahan tersebut mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003:3)
Dari pengertian mengenai belajar tersebut kita dapat menarik sebuah pengertian mengenai teori belajar. Teori belajar (learnig theory) adalah suatu hasil pemikiran maupun hasil penelitian yang menjelaskan bagaimana proses belajar berlangsung pada diri seseorang. Teori Belajar bersifat deskriptif dalam arti mendeskripsikan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri seseorang (Mukminan : 1998).
Teori Belajar memiliki manfaat sebagai dasar pengembangan pembelajaran (Instuctional development). Namun perlu diketahui bahwa teori belajar itu sendiri mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain sebagaimana diungkapkan Mukminan:
a.       Diturunkan dari percobaan-percobaan dengan binatang
b.      Dilakukan dengan kontrol yang ketat
c.       Eksperimen di kelas sulit dilakukan (Mukminan : 2005)
2.1.3        Humanistic Theories
Teori humanistic berkembang pada tahun 1950-an sebagai teori yang menentang teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Serangan humanistic terhadap dua teori ini, adalah bahwa kedua-duanya bersifat “dehumanizing” (melcehkan nilai-nilai manusia). Teori freud dikritik, karena memandang tingkah laku manusia didominasi atau ditentukan oleh dorongan yang bersifat primitive, dan animalistic (hewani). Sementara behavioristic dikritik, karena teori ini terlalu asyik dengan penelitiannya terhadap binatang, dan menganalisisa kepribadian secara pragmentaris. Kedua teori ini dikritik, karena memangdang manusia sebagai bidak atau pion yang tak berdaya dikontrol oleh lingkungan dan masa lalu, dan sedikit sekali kemampuan untuk mengarahkan diri.
Teori humanistik adalah teori belajar berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. (Uno, 2006: 13).
Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi keanekaragaman pendidikan ini. (Uno, 2006: 13).
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.[13]
Teori Humanistik di pandang sebagai “third force” (kekuatan ketiga) dalam psikologi, dan merupakan alternative dari kedua kekuatan yang dewasa ini dominan (psikonalisi dan behavioristic). Kekuatan ketiga ini disebut humanistic, karena memiliki minat yang eksklusif terhadap tingkah laku manusia. Humanistic dapat diartikan sebagai “orientasi teoretis yang menekankan kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan free wil (kemauan bebas) dan potensi untuk mengembangkan dirinya”.
Para ahli psikologi humanistik mempunyai perhatian terhadapisu-isu penting tentang eksistensi manusia, seperti cinta, kreativitas, kesendirian, dan perkembangan diri. Mereka tidak menyakini bahwa manusia dapat mempelajari sesuatu tentang kondisi manusia melalui penelitian terhadap binatang.
Para ahli humanistik memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Mereka menyakini bahwa:
a.       Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri
b.      Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan, dan
c.       Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuha irrasional, dan konflik.[14]
Psikologi humanistik berkembang sebagai pemberontakan yang dianggap sebagian ahli psikologi sebagai keterbatasan psikologi perilaku dan psikodinamika. Pada 1930-an dan 1940-an, para ahli teori perilaku membatasi semua tingkah laku manusia menjadi serangkaian respon yang dikondisikan, sementara ahli teori psikodinamika selalu memikirkan teori-teori kompleks mengenai pikiran bawah sadar. Aliran humanistik bertujuan memulihkan keseimbangan dalam psikologi dengan berfokus pada kebutuhan-kebutuhan manusia dan pengalaman manusia biasa lewat sesedikit mungkin teori. Oleh karena itu, meskipun pengaruhnya dalam psikologi kontemprer tidak sedahsyat nama-nma besar lainnya, pendekatan humanistik sering disebut “kekuatan ketiga” dalam psikologi.
Setelah mengetahui sedikit tentang gagasan-gagasan psikologi humanistik, kita lanjutkan dengan membahas karya dari dua tokoh yang paling berpengaruh, yatu Carl Rogers dan Abraham Maslow. Lalu diteruskan dengan membahas konseling yang berpusat padaindividu (person-centred counseling), penerapan-penerapan praktis psikolog humanistik, dan mengkaji persoalan pelik tentang spiritualitas dalam psikologi, sebuahpersoalan yang banyak di perdebatkan seputar pendekatan humanistik.
1)      Teori-teori rogers
Carl Rongers seorang ahli terapi yang dididik secara psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku, tetapi dia tidak sepenuhnya merasa nyaman dengandua aliran tersebut (Thorne, 1992). Seperti Freud dan Winnicott, teori-teori Rongers diperoleh secara klinis (clinically derived), yaitu berdasarkan apa yang dikatakan pasien terapi. Meskipun begitu, pendekatan Rongers terhadap perkataan pasien itu sangat berbeda. Banyak yang menyakini pendapat-pendapat Rongers diilhami oleh seorang pasien diRochester Society fer the Prevention of Cruelty to Chidren, perkumpulan Rochester untuk pencegahan kekejaman terhadap anak. Rogers sedang menemui ibu dari seorang anak laki-laki pelakukejahatan. Dia menemui wanita itu untuk memberikan terapi, dan seperti yang diajarkan kepadanya, dia membuat tafsiran perihal perilaku wanita ituterhadap anak laki-lakinya berdasarkanteori psikodinamika. Wanita itu selalu menolak setiap tafsiran dan Rogers angkat tangan. Kemudian,wanita itu bertanya apakah Rogers menerima orang-orang dewasa untuk konseling. Ketika Rogers mengiyakan,wanita itu (untuk pertama kalinya) menceritakan masalahnya dengan gamblang. Kejadian itu menyakinkan Rogers bahwa tujuan terapi harus memungkinkan pasien (atau klien seperti istilah ahli psikologi humanistik menyebut mereka) berbicara dengan leluasa tanpa gangguan. Berikut ini adalah beberapa pemikiran Rogers yang diperoleh secara klinis: (teori-teori psikologi, penerbit nusamedia dan penerbit nuansa, bandung,2000, matt Jarvis, hal 86)
a)      Kecenderungan untuk mengaktualisasi
Rogers (1959) percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap ‘human-beingness’ yang setinggi-tingginya. Seperti bunga yang tumbuh sepenuh potensinya jika kondisinya tepat, tetapi masih dikedalikan oleh lingkungan, manusia juga akan tumbuh dan mencapai potensinya jika lingkungannya cukup bagus. Namun, tidak seperti bunga, potensi yang dimiliki manusia sebagaiindividu bersifat unik. Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara yang berbeda sesuai kepribadian kita. Proses penilaian (valuing process) bawah sadar memandu kita menuju perilaku yang akanmembantukita mencapai potensi yang kita miliki. Proses penilaian bisa terganggu oleh aturan-aturan sosial yang terlalu keras dan konsep diri yang buruk. Rogers percaya manusia pada dasarnya baikhati dan kreatif. Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang buruk atau hambatan-hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.
b)      Pengembangan konsep diri
Rogers mengingatkan agar selama terapi, klien membuat rujukan pada dirinya sendiri, misalnya dengan berkata, ‘Aku bukanlah diriku yang sebenarnya’ atau ‘Aku ingin tahu siapa sesungguhnya diriku’. Roger mulai menekankan pentingnya pengunaan kata ‘Aku’. Ingat Freud juga menggunakan istilah ‘Aku’ atau ego, tetapi Freud lebih tertarik pada aspek-aspek lain dalam diri manusia. Rogers sebaliknya, ia tertarik pada pengungkapan manusiatentang cara-cara pandangnya terhadap diri sendiri secara sadar.
Rogers (1961) mengemukakan, aspek terpenting dalam konsep diri adalah harga diri (self-esteem). Harga diri dapat didefinisikan sebagai seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Rogers menyakini bahwa kita memiliki citradiri dalam pikiran kita seperti keadaan kita sekarang, sekaligus citra diri yang ideal (ideal-self), yaitu citra diri yang kita inginkan. Jika kedua citra itu kongruen atau sama, kita akan mengembangkan harga diri bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat. (unconditional positif regard) dari orang lain berupa penerimaan, cinta, kasih sayang. Pentingnya harga diri ditunjukkan dalam studi klasik yang dilakukan coopersmith (1967).
Studi Coopersmits jelas-jelas mendukung pendapat rogers bahwa harga diri berperan penting dalam perkembangan psikolgis yang sehat dan penghargaan positif dari orangtua merupakan faktor utama dalam pembentukan harga diri. (teori-teori psikologi, penerbit nusamedia dan penerbit nuansa, bandung,2000, matt Jarvis, hal 90)
e)      Teori-teori Maslow
Abraham Maslow adalah tokoh penting kedua dalam psikologi humanistik. Tidak seperti Rogers, Maslow bukan ahli terapi. Karinya dimulai sebagai teori perilaku, tetapi setelah kelahiranputri pertamanya, dia menolak gagasan bahwa misteri perkembangan anak bisa dijelaskan lewatproses belajar sederhana. Seperti Rogers,Maslow berusaha menemukan penjelasan mengenai perkembanganmanusia seutuhnya.
Maslow (1954) mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia dan mengurutkannya menurut tingkat prioritas manusia dalam pemenuhannya. Maslow membedakan D-needs atau deficiency needsyang muncul dari kebutuhan akan pangan, tidur, rasa aman, dan lan-lain, serta B-needs atau being needs seperti keinginan untuk memenuhi potensi diri. Kita baru dapat memenuhi B-needs jika D-needs sudah terpenuhi. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
a)      Kebutuhan fisiologi
b)      Kebutuhan akan rasa aman
c)      Kebutuhan sosial
d)     Kebutuhan untuk dihargai
e)      Kebutuhan intelektual
f)       Kebutuhan estetis
g)      Aktualisasi diri
Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi kita akan mencari rasa aman (safety). Saat kita sudah merasa aman, maka kebutuhan tersebut yang kita cemaskan adalah kebutuhan sosial yaitu menjadi bagian dari kelompokdan menjalin hubungan dengan orang lain. Jika kebutuhan sosial sudah terpenuhi, kebutuhan berikutya yang terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai (esteem needs). agar kebutuhan itu terpenuhi, kita harus berprestasi, menjadi kompeten, dan mendapat pengakuan sebagai orang yang berprestasi dan kompeten.
f)       Konstribusi dan keterbatasan pendekatan humanistik
a)      Psikologi humanistik muncul sebagai pemberontakan terhadap psikologi perilaku dan psikologi psikodinamika.
b)      Psikologi humanistik mengingatkan kita akan pentingnya pengalaman manusia sebagai individu dan aspek-aspek dalam pegalamanmanusia, seperti diri (self), pengalaman puncak (peak experience, dan spiritualitas  yang diabaikan oleh pendekatan-pendekatan psikologi lainnya.
c)      Psikologi humanistik menyediakan model konseling yang sederhana, mudah dimengerti, dan efektif. (teori-teori psikologi, penerbit nusamedia dan penerbit nuansa, bandung,2000, matt Jarvis, hal 104)
g)      Prinsip-prinsip teori pembelajaran Humanistik
a.       Manusia mempunyai belajar alami
b.      Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.      Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil
e.       Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara
f.       Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya
g.      Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar
h.      Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
i.        Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
j.        Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
h)      Aplikasi Teori Belajar Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235).
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
a)      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b)      Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
c)      Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan peserta didik untuk belajar atas inisiatif sendiri
d)     Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
e)      Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
f)       Guru menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g)      Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
h)      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik. (Mulyati, 2005: 182)
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
i)        Implikasi Teori Belajar Humanistik
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
a)      Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
b)      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c)      Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d)     Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e)      Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f)       Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g)      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang peserta didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang lain.
h)      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh peserta didik
i)        Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j)        Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993: 65).
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a)        Merespon perasaan peserta didik
b)        Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c)        Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik
d)       Menghargai peserta didik
e)        Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f)         Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari peserta didik)
g)        Tersenyum pada peserta didik. (Syaodih, 2007: 152)
Guru-guru cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah pewaris kebudayaan, pertanggungan jawaban sosial dan bahan pembelajaran yang khusus, mereka percaya bahwa masalah ini tidak dapat di serahkan begitu saja kepada peserta didik.
2.1.4        Cognitive Theories
Secara umum kognisi dirtikan sebagai apa yang diketahui serta dipikirkan oleh seseorang. Flavell (1977) menyatakan bahwa definisi kognisi sulit diuraikan. Sesungguhnya semua proses psikologis dalam diri manusia saling berinteraksi sebagai salah satu contoh diutarakan, apa yang diketahui dan dipikirkan seseorang (kognisi) jelas berinteraksi dengan bagaimana orang tersebut merasakannya emosi.[15]
Ada juga yang mengatakan bahwa psikologi kognitif adalah pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada cara kita merasakan, mngolah, menyimpan, dan merespon informasi. Pendekatan kognitif dapat diterapkan pada hampir semua bidang studi utama yang berdiri sendiri dan sebagia besar isi bab ini disediakan untuk itu.[16]
Teori kepribadian ini menekankan pada cara-cara dalam mengkonstruksi yaitu mempersepsi, menafsirkan, mengontrol, dan meramalkan peristiwa di sekitar dunia mereka. Tokoh teori ini adalah George A. Kelly. Dia seorang yang sangat gemar membaca buku,da berani untuk mengeksplorasi dunia yang belum dikenalnya dengan cara berhipotesis.dia mendapat gelar Ph.D. di State University IOWA tahun1931, kemudi menjadi direkturpsikologi klinis di Ohio State University dan Brandeis University. Dia mengembangkan klinik berjalan di Kansas, dan menjadi psikolog terbang selama selama perang dunia II. Pengalaman klinis awalnya adalah di public school Kansas. Kelly menyakini bahwa tidak ada kebenaran yangobjektif dan kebenaran yang mutlak absolut. Feomena itu hanya berarti manakala dihubungkan dengan cara individu mengkonstruksi fenomena tersebut.
Penerapan prinsip teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam pembelajaran:
a)      Aktivitas suatu cabang olahraga harus dilakukan secara keseluruhan, bukan sebagai pelaksanaan gerak secara terpisah-pisah. Pemecahan keseluruhan aktivitas menjadi bagian-bagian yang terpisah menyebabkan peserta didik tidak mampu mengaitkan bagian-bagian tersebut. Untuk itu, siswa atau atlet harus mampu mempersatukan bagian menjadi sebuah unit yang terpadu.
b)      Tugas utama dari guru atau pelatih adalah untuk memaksimalkan transfer dari latihan di antara berbagai kegiatan. Pola umum atau konfigurasi perlu untuk mempermulus terjadinya transfer di antara berbagai kegiatan.
c)      Penggunaan faktor insight untuk memecahkan masalah. Pemberian contoh pada siswa akan membantu siswa dalam mengamati dan memahami suatu masalah. Sehingga dia mampu menyelesaikannya.
d)     Pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian dengan suatu keseluruhan penting bagi peragaan keterampilan yang efektif. Jadi peserta didik harus mampu memahami tiap-tiap bagian dan keterkaitannya secara keseluruhan. Salah satu kelemahan dalam proses pengajaran adalah soal kegagalan guru dalam menyampaikan informasi yang menuntut peserta didik memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kaitan antara bagian-bagian di dalam konteks keseluruhan.



2.1.5        Ethological Theories
Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat juga berarti karakter. Jadi secara etimologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan.
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa yang terjadi di lingkungan alaminya. Teori Etologi memahami bahwa perilaku manusia mempunyai relevansi dengan perilaku binatang. Sifat-sifat yang menonjol dari setiap binatang diantaranya adalah sifat mempertahankan wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu. Sifat-sifat ini ditemukan pula pada diri manusia. Karena hal tersebut, maka para etolog memandang bahwa insting merupakan sifat dasar hewan dan aspek penting dalam memahami perilaku manusia.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)  lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana bagi perilaku si anak angsa. Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si ibu angsa untuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator. Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.
Di sisi lain, anak angsa di kelompok kedua yang langsung melihat Lorenz ketika mereka menetas, mengikutinya kemanapun ia pergi, seolah ia adalah ibu mereka. Lorenz menandai anak angsa tersebut dan menempatkan kedua kelompok kedalam sebuah kotak. Ibu angsa dan “Ibu” Lorenz berdiri berdampingan saat kotak tersebut diangkat. Tiap kelompokk anak angsa langsung melihat kearah “ibunya”. Lorenz menyebut proses ini imprinting: pembelajaran yang cepat dan alami periode kritis yang terbatas yang menghasilkan kelekatan pada benda bergerak pertama yang terlihat.
Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman. Jika kita gagal mendapat pengalaman selama periode kritis tersebut, teori etologi menyatakan bahwa perkembangan kita tidak mungkin dapat optimal. Penamaan (imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci. Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku binatang dalam keadaan nyata.
Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat psikologi perkembangan Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan pemaknaan teori etologi masih kekurangan bahan-bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke tingkat sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit atau bahkan tidak ada dalam pandangan etologi klasik yang membahas mengenai karakteristik hubungan sosial sepanjang rentang kehidupan manusia, sesuatu yang harus dijelaskan oleh teori perkembangan manapun. Teori etolog klasik lemah dalam mensimulasikan studi dengan manusia.
Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal.  Para Etolog adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti: di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

2.2 Manfaat dan tujuan teori perkembangan
Manfaat mempelajariPsikologiPerkembanganantara lain:
1.        Untuk memahami garis besar, pola umum perkembangan, dan pertumbuhan anak pada tiap-tiap fasenya.
2.        Dapat memunculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja,  dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam  lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
3.        Dapat mengarahkan seseorang untuk berbuat dan berperilaku yang selaras tingkat perkembangan orang lain.
4.        Khususnya bagi pendidik dapat memahami dan memberikan bimbingan kepada anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan sukses dalam mencapai tujuannya.
Tujuan mempelajari Psikologi Perkembangan antara lain:
MenurutMussen, canger dan Kagan, dewasa ini psikologi perkembangan lebih menitik beratkan pada usaha-usaha, mengetahui sebab-sebab yang melanda siterjadinya pertumbuhan dan perkembangan manusia, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan. Oleh sebab itu tujuan psikologi perkembangan meliputi:
1.        Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat umur dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam arti yang berlaku bagi anak-anak di manasaja dan dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
2.        Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembangan tertentu.
3.        Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
4.        Mempelajari penyimpangan dari tingkahlaku yang dialami seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.

Sementara itu Elizabeth B. Hurlock menyebutkan enam tujuan psikologi perkembangan dewasa ini, yaitu:
1.        Menemukan perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada usia yang umum dan yang khas dalam penampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari masing-masing periode perkembangan.
2.        Menemukan kapan perubahan-perubahan itu terjadi.
3.        Menemukan sebab-sebabnya.
4.        Menemukan bagaimana perubahan itu mempengaruhi perilaku.
5.        Menemukan dapat atau tidaknya perubahan-perubahan itu diramalkan.
6.        Menemukan apakah perubahan itu bersifat individual atau universal.[17]
















                                                                                                   

BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
            Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang membahas tentang kejiwaan. Psikologi perkembangan sendiri terbagi dari beberapa macam teori yang dimana tiap teori mempunyai cara pembelajaran atau cara memaknai jiwa seseorang sendiri. Adapun macam-macam teori psikologi perkembangan tersebut adalah:
1.      Teori Psikonalisa
Dalam teori ini lebih membahas kejiwaan menurut psikis anak atau ketidaksadaran, dan menekankan perilaku manusia.
2.      Teori Learning
Teori learning ini juga biasa disebut dengan teori pembelajaran, yang lebih membahas tentang bagaimana suatu hasil pemikiran maupun hasil penelitian yang menjelaskan bagaimana proses belajar berlangsung pada diri seseorang. 
3.       Teori Humanistik
Teori humanistik adalah teori belajar berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
4.      Teori Kognitif
Teori yang lebih mengedepankan pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada cara kita merasakan, mngolah, menyimpan, dan merespon informasi.
5.      Teori Ethologi
suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan.
Adapun manfaat dan tujuan mempelajari ilmu psikologi perkembangan, kita akan lebih bisa mengerti atau memahami seseorang tanpa harus mengedepankan kemauan kita sendiri.





DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. Kusdwiratri Setiono, Psi.2008. Psikologi Perkembangan. Padjajaran: widya. Halaman
Matt Jarvis.2000. Teori-teori psikologi.Bandung: Nusamedia dan Nuansa
Prof. DR. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., Dr. A. Juntika Nurihsan, M.pd. 2007. Teori Kepribadian.Bandung: PT. Remaja rosdakarya
Rahmat Hidayat, Dede. 2011. Teori dan Aplikasi PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM KONSELING. Jakarta: Ghalia Indonesia


Dosen Pengampu : Evani Yavie, M.Pd
Disusun oleh :
1.      Faishal Luthfy Mashadi        :           14150063
2.      Novia Akromussolihah          :           14150003
3.      Roudhatul Jannah                 :           14150019
4.      Anjah Hayati Fajrin              :           14150011









[[12]] Rahmat Hidayat, Dede. 2011. Teori dan Aplikasi PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM KONSELING. Jakarta: Ghalia Indonesia. Halaman 23-28

[3] Prof. DR. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., Dr. A. Juntika Nurihsan, M.pd. 2007. Teori Kepribadian.Bandung: PT. Remaja rosdakarya. Halaman 141-142


[4Prof. DR. Kusdwiratri Setiono, Psi.2008. Psikologi Perkembangan. Padjajaran: widya. Halaman 2
[[16]Matt Jarvis.2000. Teori-teori psikologi.Bandung: Nusamedia dan Nuansa. halaman 108).

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com