Selasa, 09 Juni 2015

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DINI (18-40 th)

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
DEWASA DINI (18-40 th)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Dosen Pembimbing :
Evania Yafie,M.PD

       Di susun oleh :
        (Kelompok 12)
1.      Tias Maulidina Wulansari        (14150001)
2.   Mufarohah                                  (14150017)
3.      Abdulloh Ridho                           (14150022)
4.      Muhammad Choirun Nastain    (14150058)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG 2015

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PSIKOLOGI  PERKEMBANGAN
            Berdasarkan pendapat beberapa para ahli,psikologi perkembangan itu dapat diartikan sebagai berikut :
1.      “..That branch of psycology which studies processes of pra and post natal growth and the maturation of behavior”.Maksudnya adalah “psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu,baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku” (J.P Chaplin,1979)
2.      Psikologi perkembangan merupakan ‘cabang psikologi yag memepelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati” (Ross Vasta, dkk., 1992)

Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati. Para peneliti perkembangan menguji atau meneliti apa perkembangan itu dan mengapa perkembangan itu terjadi. Ada dua tujuan penelitian perkembangan,yaitu :
1.      Memberikan gambaran tentang tingkah laku anak meliputi pertanyaan-pertanyaan,sperti : kapan bayi milai berjalan ? Apa keterampilan social yang khas bagi anak usia empat tahun ? Bagimana anak usia kelas enam memecahkan konflik dengan teman-temannya ?
2.      Mengidentifikasi faktor penyebab dan proses yang melahirkan perubahan perilaku dari satu perkembangan ke perkembangan berikutnya. Faktor-faktor ini meliputi warisan genetika, karakteristik biologis dan struktur otak, lingkungan fisik dan social dalam kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman anak.[1]
Menurut Zimbardo (2000),psikologi perkembangan adalah ilmu ilmiah yang mempelajari tentang perubahan kemajuan psikologis yang terjadi pada manusia dalam setiap periode hidupnya. Perkembangan manusia adalah adalah proses pertumbuhan dan perubahan seumur hidup manusia yang meliputi fisik, kognitif (intelektual) dan sosioemosional.[2]
Menurut Zimbardo (2000),,teori psikologi perkembangan membagi periode perkembangan manusia menjadi 8 tahap,yaitu :
1.      Masa sebelum lahir sampai lahir (dalam kandungan)
2.      Masa pertumbahan dan awal masa berjalan ( dari lahir-18 bulan)
3.      Mas kanak-kanak awal (18 bulan-6 tahun)
4.      Masa kanak-kanak akhir ( 6-12 tahun )
5.      Masa remaja (12- sekitar 20 tahun)
6.      Masa dewasa awal (20-45 tahun)
7.      Masa dewasa tengah  (45-65 tahun)
8.      Masa dewasa akhir (65 tahun-meninggal )
Psikologi perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.[3]
                                   
2.2 TUGAS PERKEMBANGAN PERIODE DEWASA AWAL
[4]Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene-adolescere-yang yang berarti  bentuk lampau partisipal dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa.”
Menurut KBBIde·wa·sa /déwasa/ sampai umur; akil balig (bukan kanak-kanak atau remaja lagi), 2 telah mencapai kematangan kelamin; 3 matang (pikiran, pandangan, dsb): de·wa·sa /déwasa/ nwaktu, masa (akhir-akhir ini).
Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan setelah masa remaja. Pengertian masa dewasa ini dapat dihampiri dari sisi biologis, psikologis, dan pedagogis (moral-spiritual).
Dari sisi biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan).
Dari sisi psikologis, masa ini dapat diartikan sebagai periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan, yaitu (1) kestabilan emosi (emotional stability), mampu mengendalikan perasaan: tidak lekas marah, sedih, cemas, gugup, frustasi, atau tidak mudah tersinggung; (2) memiliki sense of reality-kesadaran realitasnya-cukup tinggi: mau menerima kenyataan, tidak mudah melamun apabila mengalami kesulitan, dan tidak menyalahkan orang lain dan keadaan apabila menghadapi kegagalan; (3) bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang berbeda; dan (4) bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan
Sementara dari sisi pedagogis, masa dewasa ini ditandai dengan (1) rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain; (2) berperilaku sesuai dengan norma atau nilai-nilai agama; (3) memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya; dan (4) berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Dapat kita simpulkan bahwa masa dewasa adalah masa di mana seorang individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
            Beberapa tugas-tugas perkembangan pada dewasa awal antara lain :
a.       Mulai bekerja
b.      Memilih pasangan
c.       Mulai membina keluarga
d.      Mengasuh anak
e.       Mengelola rumah tangga
f.       Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
g.      Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.[5]

[6]Selain itu, dewasa muda/awal/dini mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya (a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup, (b) membina kehidupan rumah tangga, (c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan (d) menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

a.   Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang syah (perkawinan resmi)
b.   Membina Kehidupan Rumah Tangga
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah me­nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
c.    Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber­upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur sejahtera bagi keluarganya. melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
d.      Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat
Pada sumber lain, dalam buku Psikologi Belajar Agama (2004), diterangkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa dewasa dini meliputi:
a.      Mengembangkan sikap, wawasan, dan pengamalan ajaran agama.
b.      Memperoleh atau memulai memasuki dunia kerja.
c.       Memilih pasangan (suami/istri).
d.      Mulai memasuki pernikahan.
e.       Belajar hidup berkeluarga.
f.       Merawat dan mendidik anak.
g.      Mengelola rumah tangga.
h.      Memperoleh kemampuandan kemantapan karier (posisi kerja).
i.        Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyarakat.
j.        Mencari kelompok social (kolega) yang menyenangkan.
Tahap-TahapMasa Dewasa[7] :
Secara umum, masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
H. S. Becker dalam Personal Changes in Adult Life (1964) menyatakan bahwa masa dewasa awal merupakan suatu masa atau periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. 
Secara biologis, masa ini merupakan puncak pertumbuhan fisik yang prima, sehingga dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population). Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Meskipun banyak yang mengalami sakit, tetapi jarang sampai parah.kesehatan fisik ini akan terpelihara dengan baik apabila didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif, seperti: makan yang teratur dan tidak berlebihan, tidak merokok, tidak meminum minuman keras atau mengkonsumsi NAZA (Narkoba), tidur yang teratur, dan berolah raga.
Secara psikologis, pada usia ini tidak sedikit di antara mereka yang kurang mampu mencapai kematangan. Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah yang dihadapinya dan tidak mampu mengatasinya. Masalah-masalah itu di antaranya: (1) kesulitan mencari kerja; (2) susah mencari jodoh; (3) keinginan untuk menikah namun belum mempunyai mata pecaharian; dan (4) kesulitan yang dialami setelah menikah, seperti: mengurus anak, memelihara keharmonisan keluarga, dan konflik dalam menggunakan penghasilan antara keperluan anak dengan biaya rumah tangga sehari-hari. Dalam menghadapi masalah tersebut mereka ragu-ragu untuk minta pertolongan dan nasehat orang lain karena enggan kalau-kalau dianggap “belum dewasa”.
Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

Dalam Al-quran juga dijelaskan bahwa manusai akan menginjak masa dewasa. Untuk pertumbuhan dan perkembangan setelah kelahiran, Alquran tidak menyatakan dengan pasti rentang kehidupan yang dapat diterapkan pada semua individu, karena hal tersebut berbeda antar individu. Sehubungan hal ini Alquran menyatakan:
... kemudian (dengan berangsur-angsur) kami sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan adapula diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun... (QS Al-Hajj 22:5)
Peranan manusia saat menginjak masa dewasa juga dijelaskan dalam Al-quran,berkaitan dengan mencari pasangan, apabila ia seorang muslim berkomitmen mencari pasangan muslimah agar mampu menurunkan sifat baik kepada anaknya dan memberikan kebutuhan jasmani dan ruhani pada anak dan istrinya. Ketika dia memiliki kayakinan agama yang kuat maka dia akan melakukan aturan yang ada dalam agamanya. Rasul bersabda:"Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok." (HR Muslim). Apabila dia mengalami hambatan psikologis atau ketidakcocokan suami istri dia akan bersabar dalam menghadapinya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nisa' (4:19):
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.
2.3     PERKEMBANGAN ASPEK FISIK
[8]Perkembangan Fisik: Mencapai puncak Kerangka dan otot mencapai perkembangan penuh (usia 20-an hingga 30-an). Otot lurik mencapai puncak kekuatannya (usia 25-30). Ketahanan fisik mencapai puncak, kesehatan dan kekuatan umumnya dalam kondisi terbaik (usia 20-an hingga 30-an). Catatan: Penurunan kebugaran fisik dapat diperlambat dengan makanan sehat, olah raga teratur.
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan repoduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya mentruasi dan hilangnya kesuburan. Dan pada umumnya menopause terjadi pada usia sekitar 50 tahun, akan tetapi ada juga yang mengalami pada usia 40 tahun. Peristiwa menopause disertai dengan berkurangnya hormone estrogen. Bagi sebagian besar perempuan, menopause tidak menimbulkan  problem psikologis. Tetapi bagi sebagian lain menopause telah menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala psikologis , termasuk depresi dan hilang ingatan .
Bagi laki-laki,proses penuan selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan. Lebih dari itu , laki-laki tetap subur dan mampu menjadi ayah  anak-anak sampai memasuki usia tua. Hanya kemunduran fisik juga terjadi secara  berangsur-angsur, seperti berkurangnya  produksi air mani, dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot.Di  dalam sebuah buku lain di tuliskan bahwa perkembangan fisik yang di alami oleh masa dewasa awal mencapai puncak antara umur 18 sampai 30 tahun, terutama antara umur  umur 19 sampai 26 tahun. Dan kesehatan juga mencapai puncaknya pada tahun (19-26 th) tersebut ,dalam hal ini ada bahaya yang juga yang mengancam dalam masa ini,ada bahaya yang tersembunyi dalam kemampuan fisik dan kesehatan yang puncak ini yaitu kebiasaan yang buruk mungkin juga terbentuk,di dalam dewasa awal pelambatan dan penuruna kondisi fisik mulai nampak.
Namun perlu diketahui,Perubahan Seksual merupakan salah satu aspek fissik yang mengikuti perkembangan fisik pada dewasa awal.Perubahan seksual biasanya terjadi menjelang  setengah baya.Tidak hanya wanita tetapi laki-laki pun mengalami perubahan seksual dalam fase perkembangan psikologis kehidupaannya.
[9]Pada laki-laki akan mengalami Climacteric merupakan istilah dari bahasa yunani yaitu Klimakterikos,yang berarti puncak atau klimaks.Climacteric merupakan suatu periode dalam jangka kehidupan bagi pria dna wanita yang di tandai dengan oleh berhentinya kemampuan reproduktif(menghasilkan keturunan) bagi mereka.Khusus bagi wanita periode ini umumnya mengacu pada istilah “perubahan kehidupan” karena terjadinya perubahan-perubahan pisis yang bersangkutan dengan berhentinya menghasilkan “telur” dan hilangnya kemampuan untuk melahirkan anak.Yang juga ditandai oleh berhentinya masa mentruasi.Keadan itu semua sering disebut “menopause”.Sedaangkan bagi kaum pria atau laki-laki ditandai oleh berkurangnya kemampuan seksual yang sering diistilahkan “Climacteric”.
Perubahan-perubahan seksual wanita.Menopause adalah perhentian fungsi menstrual,yang terdapat selama klimacteric wanita,yang meliputi perubahan-perubahan badaniah secara menyeluruh dan perubahan-perubahan emosional yang bersamaan terjadinya denga hal tersebut.Meskipun perubahan-perubahan tadi bersamaan,tidaklah mesti perubahan tadi adalah akibat dari menopause atau berhbungan dengannya.Selanjutnya,perhentian menstruasi itu hanya merupakan satu aspek dari climacteric wanita.Itu merupakan tanda suatu transisi dari keadaan “seksual” ke suatu keadaan “aseksual”.Seperi juga tanda-tanda transisi dalam masa remaja(pubertas) dari suatu kejadian “aseksual” ke keadaan “seksual”.
Perubahan-perubahan seksual bagi pria.Climacteric bagi kaum pria sangat berbeda dibandingkan menopause pada wanita.Datangnya climacteric pria lebih lambat,yaitu antara usia 50 atau 60 tahun,begitu biasanya.Namun, perubahan ini atau datangnya climacteric pada pria itu sangat sukar diketahui pada kaum pria.Tetapi,umumnya setelah 50 tahun,aktiita gonad(yang menghasilkan kelenjar seks pria) mulai menurun secara pelan-pelan.Oleh karena menurunnya gonad itu terjadi secara pelan-pelan dan lamban,kaum pria tidaklah mengalami kesukaran dalam hal rasa taka man terhadap perubahan seksual tersebut ssebagiman kesukaran yang dihadapi oleh wanita dalam menghadapai menopause.
[10]Dalam perkembangan fisik, masa dewasa awal usia 20-30 tahun merupakan masa puncaknya. Ketangkasan jari tangan dan pergerakan tangan mulai menurun setelah usia pertengahan 30 tahun (Troll dalam Papalia, 1995).Kekuatan, koordinasi, kecerdasan, kecekatan dan ketangkasan tangan, kecepatan merespon, ketajaman pandangan dan indera perasa semuanya berada di puncaknya sebelum usia 30 tahun. Dan mulai menurun sekitar usia 40 tahun saat kecenderungan menuju penurunan jarak pandang jauh yang membuat usia 40 tahunan mengenakankacamata untuk membantu ketajaman penglihatannya. Pendengaran berkurang dimulai dari usia 25 tahun dan semakin nyata dan jelas setelahnya, khususnya terhadap suara yang melengking (Papalia, 1995).

2.4 PERKEMBANGAN ASPEK INTELEGENSI/KOGNITIF
[11]Pada masa dewasa awal/dinilah individu mulai bisa mengatur pikiran operasional formal mereka. Sehingga mereka mungkin merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja. Tetapi mereka menjadi lebih sistematisa ketika mendekati masalah sebagai seorang dewasa. Sementara dewasa lebih bisa menyusun hipotesis dari pada remaja dan menunjukan suatu pemecahan masalah dari suatu masalah.Pada usia dewasa banyak individu mengkonsolidasikan pemikiran operasional mereka dan banyak orang dewasa lainnya tidak berfikir dengan cara operasional formal sama sekali. “labouvievief” berpendapat bahwa orang dewasa muda mempunyai pola pikiran yang prakmatis. “perry” berteori bahwa bersamaan dengan individu memasuki masa dewasa., pemikiran lebih realistic. Sedangkan”schaie” mengajukan urutan fase-fase kongnitif di antaranya: pengambil alihan, pencapaian, tanggung jawab, eksekutif, reintegratif.
William Perry (1970) mencatat perubahan-perubahan penting tentang cara berfikir orang dewasa muda yang berbeda dengan remaja. Ia percaya bahwa remaja sering memandang dunia dalam dualisme pola polaritasa mendasar,seperti benar/salah , kita/mereka, atau baik/buruk. Pada waktu kaum muda yang mulai matang dan memasuki masa dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang dipegang oleh orang lain, yang mengguncangkan dualistik mereka. Pemikiran dualistik mereka diganti oleh pemikiran beragam, saat itu individu mulai memahami bahwa tidak semua orang dewasa selalu memiliki semua jawaban. Mereka mulai memperluas wilayah pemikiran individualitik dan mulai percaya bahwa semua orang memiliki pandangan pribadi masing-masing serta setiap pendapat yang ada tidak sebaik pendapat orang lainnya. “Schaie” berpendapat fase mencapai prestasi (achieving stage) adalah fase dimana dewasa awal yang melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekwensi besar dalam mencapai tujuan jangkapanjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan.
Menurut Wikipedia, perkembangan kognitif didefinisikan sebagai perkembangan pemikiran, pemecahan masalah, membuat keputusan, konsep pengertian, proses informasi, perkembangan bahasa, ingatan dan inteligensi dari masa kecil ke pubertassampai masa dewasa.
Piaget (dalam Papalia, 1995) menyatakan bahwa perkembangan kognitif dari
bayi sampai pubertas menghasilkan kombinasi kematangan dan pengalaman. Dalam
masa dewasa awal, pengalaman memainkan peranan penting dalam fungsi intelektual.
Pengalaman orang dewasa menjadikan mereka untuk mengevaluasi ulang kriteria mereka dalam menentukan apa yang benar dan adil. Pengalaman pula yang memiliki peranan penting seorang dewasa dalam memecahkan masalahnya. Karena pengalaman setiap orang dewasa berbeda-beda, maka efek yang ditimbulkan ke perkembangan kognitifnya pun berbeda. Namun, dalam segi psikologis secara umumnya, dalam masa perkembangan kognitif dewasa awal usia 20 tahunan sampai pertengahan 30 tahun,kebanyakan orang dewasa akan berubah peran dan tanggung jawab menuju kematangan, belajar berbisnis, memilih pekerjaan atau memiliki tujuan karir, mengejar pendidikanyang lebih tinggi, dan menikah. Serta memperoleh atau membangun kemampuan, hobi atau minat baru. Sementara di usia 40 tahunan, orang dewasa cenderung untuk lebihmantap dan pasti dalam kehidupannya, membuat komitmen yang lebih dalam dalam pekerjaan dan keluarganya, menyusun waktu untuk mencapai tujuan hidup lain yanglebih spesifik (Havighurst dalam Wrightsman, 1994).
·         [12]Beberapa perspektif terhadap kognitif orang dewasa.
Pikiran sehat menyatakan kepada kita bahwa orang dewasa berpikir dengan cara yang berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja. Mereka melakukan beberapa percakaan, memahami materi yang lebih rumit, dan menggunakan pengalaman mereka yang lebih luas untuk memecahkan masalah praktis. Beberapa orang peneliti seperti K. Warner schaie,mengambil pendekatan bertahap, mencoba mengidentifikasi perbedaan cara berfikir orang dewasa,sebagaimana yang dilakukan Piaget terhadaap pemikiran anak kecil.para penyidik lain seperti Robert sternberg fokus pada tipe atau aspek kecerdasan ,yang diabaikan oleh tes psikometris yang cenderung mengemuka pada masa dewasa.salah satu teori anyar menekan peran emosi dalam menekan prilaku kecerdasan.

[13]Schaie: model rentang kehidupan perkembangan kognitif  
Salah satu dari sedikit peneliti yang mengajukan model rentang kehidupan perkembangan kognitif adalah K. Warner Schaie (1977-1978; Schaie & willis, 2000). Model schaie melihat perkembangan penggunaan intelek konteks sosial. Tujuh tahapnya berkaitan dengan tujuan yang muncul kepermukaan dalam berbagai tahap usia.tujuan ini bergeser dari penguasaan informasi dan keterampilan (apa yang harus saya ketahui) kepada integrasi praktis pengetahuan dan ketermpilan (bagaimana menggunakan apa yang saya ketahui) untuk mecari makna dan tujuan (mengapa saya tahu). Berikut ini adalah ketujuh tahapan tersebut:
1.      Tahap pencarian (acquisitive stage) (masa kanak-kanak dan remaja).
Anak-anak dan remaja menguasai informasi untuk kepentingan mereka sendiri atau sebagai persiapan erpartisipasi di masyarakat.
2.      Tahap pencapaian (achieving stage) (masa remaja akhir atau awal dua puluhan sampai awal tiga puluhan). Para pemuda tidak lagi mendapatkan informasi bagi kepentingan mereka sendiri;mereka menggunakan apa yang mereka ketahui untuk mengejar target, seperti karier dan keluarga.
3.      Tahap pertanggung jawaban (responsible stage) (akhir tiga puluhan sampai awal enam puluhan). Orang-orang setengah baya menggunakaan pikiran mereka untuk memecahkan masalahpraktis yang berkaitan degan tangggung jawab terhadap orang lain,seperti anggota keluarga atau pekerja.
4.      Tahap eksekutif (executif stage) (tiga puluhan atau empat puluhan sampai usia pertengahan). Orang-orang yang berada dalam tahap eksekutif,yang mampu tumpang tindih dengan tahap pencapaian dan pertanggungjawaban terhadap sistem sosial(seperti pemerintahan atau organisasi bisnis) atau gerakan sosial. Mereka berhadapan dengan relasi kompleks diberbagai level
5.      Tahap reorganisasi (reorganizational stage) (akhir usia pertengahan, mulai di akhir masa dewasa). Orang-orang yang memasuki masa pensiunan mereorganisir hidup dan energi intelektual mereka seputar aktivitas bermakna yang menggantikan pekerjaan mereka.
6.      Tahap reintegratif (reintegrative stage) (akhir masa dewasa). Orang dewasa lebih tua, yang mungin telah mundur dari keterlibatan sosial dan yang fungsi kognitifnya mungkin sudah terbatasi oleh perubahan biologis, adalah mereka yang lebih selektif terhadap tugas yang ingin mereka kerjakan. Mereka fokus terhadap tujuan apa yang mereka lakukan dan konsentrasi pada tugas yang paling bermakna  bagi mereka.
7.       Tahap penciptaan waisan (legacy-creating stage) (usia tua). Mendekati akhir hidup ketika reintegrasi telah selesai (atau ketika sedang berlangsung), orang yang lebih tua mungkin menciptakan instruksi pewarisan kepemilikan berharga,membuat pengaturan pemakaman,memberikan cerita lisan, atau menulis cerita hidup mereka sebagai warisan kepada orang yag mereka cintai. Semua tugas ini melibatkan latihan kompetensi kognitif di dalam konteks sosial dan emosional.  
2.5  PERKEMBANGAN ASPEK SOSIAL
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja manjadi semakin renggang, dan berbaringan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya, untuk pertama kali bayi semua orang muda, bahkan yang popular akan mengalami keterpencilan sosial atau yang disebut Erikson sebagai “krisis keterasingan”[14]
Banyak orang muda yang semenjak masa kanak-kanak dan remaja terbiasa tergantung pada persahabatan dalam kelompok mereka merasa kesepian sewaktu tugas-tugas mereka dalam rumah tangga atau dalam pekerjaan, memisahkan mereka dari kelompok mereka. Khususnya mereka yang paling populer selama sekolah dan kuliah, dan yang mencurahkan banyak waktu dalam kegiatan-kegiatan akan paling banyak menemukan kesulitan dalam penyesuaian diri pada keterasingan sosial selama masa dewasa ini. Apakah kesepian yang berasal dari keterasingan ini sebentar atau tetap, akan tergantung pada cepat lambatnya orang muda itu berhasil membina hubungan sosial baru untuk menggantikan hubungan hari-hari sosial sekolah dan kuliah mereka.
Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat kuat untuk maju dalam karir – dengan demikian keramahtamahan masa remaja diganti dengan persaingan dalam masyarakat remaja – dan mereka juga harus mencurahkan sebagian besar tenaga mereka untuk pekerjaan mereka, sehingga mereka hanya dapat menyisihkan waktu sedikit untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubungan-hubungan yang akrab. Akibatnya, mereka menjadi egosentris dan ini tentunya menambah kesepian mereka. 
2.5.1 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial Pada Masa Dewasa Dini :
§  Mobilitas Sosial
Semakin besar keinginan orang dewasa muda untuk meningkatkan status sosialnya semakin giat pula ia berusaha melibatkan diri dengan organisasi-organisasi masyarakat yang akan membantunya untuk naik jenjang sosial yang lebih tinggi.
§  Status Sosio-ekonomi
Apakah sudah berumah tangga atau belum orang dewasa muda yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan lebih mampu berperan dalam berbagai kegiatan sosial terutama kegiatan di luar rumah, dibandingkan dengan orang yang mempunyai status sosial yang kurang baik.
§  Lamanya Tinggal di Suatu Kelompok Masyarakat
Banyak orang dewasa muda yang harus pindah ke suatu lingkungan baru berpartisipasi aktif dalam organisasi masyarakat sebagai cara untuk bertemu dengan masyarakat dan menemukan teman.
§  Kelas Sosial
Orang dewasa muda kelas tinggi dan menengah lebih sering aktif dalam organisasi masyarakat daripada mereka dari golongan masyarakat bawah. Disamping itu mereka juga mempunyai lebih banyak teman akrab, lebih sering menjamu dan lebih banyak berkunjung, tetapi kurang menghabiskan waktu dengan sanak saudara dibandingkan dengan anggota-anggota kelas bawah
§  Lingkungan Jenis Kelamin
Kehidupan sosial orang dewasa muda yang tinggal di kota besar mungkin lebih banyak dipusatkan pada keluarga dan sanak saudara dibandingkan dengan mereka yang hidup di kota kecil dan di pedesaan yang lebih mengenal keramahtamahan dan keakraban antar tetangga.
§  Jenis Kelamin
Pria yang yang telah menikah lebih bebas berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar rumah dibandingkan dengan wanita yang telah menikah yang sering harus membatsi kegiatan-kegiatan sosial mereka pada lingkungan rumah dan rukun tetangga – wanita yang belum menikah, sebaliknya sering lebih aktif dalam kegiatan masyarakat dibandingkan wanita yang masih lajang.
§  Umur Kematangan Seksual
Pria yang lebih cepat dewasa lebih aktif dalam dalam kegiatan masyarakat dan duduk dalam keoengurusan organisasi-organisasi masyarakat dibandingkan dengan pria yang terlambat dewasa. Wanita yang cepat dewasa tetap aktif dibidang sosial apabila keadaan memungkinkan.
§  Urutan Kelahiran
Anak pertama, sering memiliki perasaan tidak aman, dan sesudah dewasa cenderung menjadi “pengikut” dan lebih aktif  dalam kegiatan-kegiatan masyarakat daripada anak-anak yang lahir belakangan. [15]
2.5.2 MINAT SOSIAL
Sebagaimana ditekankan oleh Erikson bahwa masa dewasa dini adalah masa “krisis keterasingan”. Dalam masa ini pria wanita sering merasa kesepian. Pria muda yang belum menikah sering tidak tahu apa yang harus dilakukan di waktu-waktu senggang. Seperti halnya wanita dewasa yang belum menikah, mereka merasa kesepian karena kelompok sosial saat remajanya mulai perlahan berpencar, ada yang sibuk bekerja, sibuk bersama keluarga, atau sibuk berpacaran. Akibatnya mereka kehilangan masa yang menyenangkan saat remaja yang sering berbincang dan melakukan kegiatan bersama.
Havighurst telah menjelaskan bahwa rasa kesepian pada masa dewasa ini merupakan “periode yang relatif kurang terorganisir dalam kehidupan seseorang, yang menandai transisi dari lingkungan yang terbagi menurut umurke lingkungan yang terbagi menurut status sosial”[16]. Masa dewasa ini tak lagi terjadi pergaulan spontan seperti yang terjadi di masa sekolah dulu, mereka sekarang harus mulai mancari jalannya sendiri, menjalin persahabatan baru, dan memantapkan identitas diri melalui upaya mereka sendiri. Menjelang usia tiga puluh tahun, baik yang belum menikah maupun sudah menikah telah menemukan jati dirinya dan telah mampu menyesuaikan dengan pancaroba, kemapanan pekerjaan maupun pergaulannya.
Dari sekian banyak pergeseran di bidang minat dan kgiatan sosial, di bawah ini dicantumkan beberapa pergeseran yang sulit dan banyak ditemui. Suatu perbandingan pola minat sosial masa remaja dan dewasa yang menunjukkan terjadinya pergeseran dan perubahan yang radikal.
Perubahan dalam Peran serta Sosial Keterlibatan dalam kegiatan sosial pada saat remaja dirasa penting karena nilai prestasinya. Namun, terpaksa dukurangi saat memasuki masa dewasa dini. Kehidupan mereka lebih terpusat di rumah bersama anggota keluarga yang sekarang menggantikan peran teman. Karena pola kehidupan yang tidak sama, maka volume dan bentuk peranserta tiap individu bervariasi. Umumnya kegiatan sosial meningkat ketika usia setengah baya, pertengan sampai akhir usia tiga puluhan. Peranserta dalam kegiatan sosial orang muda yang sudah menikah sudah bersifat individu ketika minat suami-isteri yang tidak sama atau berpasangan ketika mempunya anak, namun tidak ada yang diserahi tugas mengawasi anak. Apapun alasannya, kepuasan kehidupan suami-istri dalam kegiatan sosial lebih besar ketika dilakukan bersama daripada dilakukan sendiri-sendiri.
Perubahan dalam Persahabatan Keinginan untuk popular dan punya banyak teman mulai memudar, terutama pada suami-isteri yang orientasinya pada tugas dan tanggungjawab keluarga. Mereka yang belum menikah menjadi lebih selektif dalam memilih pertemanan. Oleh sebab itu, orang dewasa lebih sedikit teman tapi hubungan mereka lebih akrab.[17] Orang dewasa lebih memilih teman berdasarkan kecocokan minat dan nilai. Mereka lebih selektif dalam memilih teman akrab berdasarkan jenis kelamin yang sama.[18] Alasannya seperti yang dijelaskan Packard, bahwa “Senang atau susah, kebanyakan orang merasa lebih cocok dengan jenis mereka sendiri”[19]
Perubahan dalam Kelompok Sosial Keakraban teman masa remaja ada yang terus berlanjut hingga masa dewasa. Lebih sedikit, namun lebih akrab. Terkadang tidak berlanjut karena banyak perubahan keadaan, sehingga tidak lagi cocok dengan teman lama.
Jumlah teman akrab bergantung pada keterbukaan dalam berbagai hal seperti minat, masalah, dan aspirasi. Mereka enggan terbuka dengan orang luar, karena untuk menciptakan kesan menarik dan untuk menghindari masalah pribadi dibicarakan orang lain. Pada usia akhir usia tiga puluhan atau pertengahan empat puluhan, mereka lebih banyak teman karena kesetabilan minat pada saat itu.
Perubahan Nilai Popularitas Popularitas kurang penting bagi orang yang mendekati usia madya. Beberapa teman yang akrab dan cocok lebih berharga daripada kelompok besar yang kurang serasi atau kurang akrab.
Sikap sosial atau penerimaan sosial mempengaruhi orang dewasa seperti halnya remaja, tetapi tidak sebesar dulu. Mereka akan lebih tunduk pada kelompok sosial yang mereka pilih. Berusaha menyesuaikan dengan keinginan kelompok, walaupun sulit mereka akan basi-basi mengikuti norma-norma kelompok, paling tidak di mata umum mereka tidak ditolak oleh kelompok itu.
Dalam lingkungan formal seperti kantor, bisnis atau organisasi dan informal, orang dewasa yang mempunyai pengaruh akan terpilih sebagai pemimpin. Akan tetapi untuk terus menjadi pemimpin itu tergantung kemampuannya dalam mengadaptasikan diri pada kehendak kelompok. Mereka yang berpengalaman dalam organisasi terutama sebagai pemimpin dalam organisasi pada saat sekolah lanjutan atau perguruan tinggi akan lebih luwes dalam menyesuaikan diri dengan kelompok baru.
Keberagamana saat kepemimpinan sebelumnya, memberikan keyakinan akan kemampuan orang dewasa saat menjadi pemimpin. Kurangnya rasa percaya diri, tdak adanya motivasi yang kuat untuk menjadi pemimpin, dan kurangnya keterampilan dalam memimpin, menyebabkan sedikit pemimpin wanita di setiap bidang kehidupan dewasa. Bahkan kepemimpinan wanita di masa remaja akan terhambat untuk melanjutkannya di masa dewasa karena tanggung jawab rumah tangga membatasi kesempatan mereka untuk berkembang sebagai pemimpin. 
Kondisi-Kondisi yang Memudahkan Peningkatan Mobilitas Sosial
·         Tingkat pendidikan yang tinggi yang menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi
·         Kawin dengan orang yang statusnya lebih tinggi
·         Hubungan keluarga yang membantu sebagai “katrolan” di bidang pekerjaan
·         Penerimaan dan penerapan kebiasaan nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus lebih tinggi
·         Uang dari warisan atau hasil jerih payah sendiri yang dapat digunakan untuk membeli rumah yang lebih bagus di lingkungan yang lebih baik serta harta kekayaan lainnya yang dapat menyatakan status yang tinggi
·         Pindah dari keanggotaan ormas ke ormas yang lebih tinggi statusnya
·         Peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dari golongan atas
·         Lulusan perguruan tinggi yang ternama
·         Keanggotaan salah satu atau beberapa perkumpulan eksklusif.[20]
2.5.3 BAHAYA SOSIAL
Banyak anak dewasa muda menemui bahaya-bahaya dalam usaha mereka untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial mereka. Tiga hambatan umum sekali dan sulit diatasi secara tuntas.
Pertama, orang muda lebih kesulitan saat bergabung dengan kelompok sosial yang cocok. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan kesulitan ini. Wanita tak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial yang mereka nikmati sebelumnya, karena terikat tanggung jawab rumah tangga yang menyita waktu ataupun uang lebih banyak. Demikian juga  pria, karena tekanan pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga yang menyita waktu dan tenaga, memungkinkan untuk sulit bergabung dengan kelompok sosial yang cocok. Orang dewasa tertentu sulit sekali akrab dengan orang sekelilingnya karena perbedaan minat dan nilai, namun lebih sering terjadi karena semangat bersaing yang didorong oleh harapan mereka untuk maju dalam karir. Semangat ini menjadi kebiasaan yang dibawa dalam hubungan sosial. Itulah salah satu alasan mengapa baik Erikson dan Havighurst menyatakan bahwa periode awal kedewasaan adalah salah satu periode saat orang paling merasa kesepian.[21]
Hambatan kedua yang mengganggu penyesuaian diri yang baik dengan kehidupan sosial adalah rasa tidak puas dengan peran yang harus dimainkannya untuk memenuhi harapan kelompok. Orang dewasa yang terbiasa memainkan peran sebagai pemimpin, kemudian sekarang harus menjadi seorang pengikut mungkin akan merasa frustasi, apalagi kepemimpinan jatuh kepada orang yang lebih tinggi status sosial ekonomi ataupun prestise dalam masyarakat.
Hambatan ketiga dalam proses penyesuaian sosial adalah mobilitas yang tinggi. Orang bermobilitas sosial yang tinggi lebih banyak mengalami dilema dibandingkan mereka yang bermobilitas sosial rendah, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok sosial baru yang memiliki nilai-nilai dan perilaku yang baru.
Semisal suatu keluarga yang sedang naik tangga sosialnya, kemudian pindah ke daerah yang mempunyai nilai dan perilaku baru. Kebiasaan perkumpulan dan keramahtamahan bersama tetangga yang awalnya menjadi penghibur, karena menjadi anggota sosial baru, kebiasaan itu harus dihentikan. Keadaan seperti ini memperbesar rasa kesepian yang merupakan tanda khas masa kedewasaan dan sering menjadi depresi. [22]
Pokok Penting Masa Dewasa Dini dalam Aspek Sosial
·         Kegiatan sosial pada masa dewasa dini sering sangat dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Sebagai akibatnya banyak orang dewasa muda mengalami apa yang oleh Erikson disebut “krisis isolasi” yaitu masa kesepian karena terisolasi dari kelompok sosial.
·         Selama masa dewasa dini peran serta sosial sering terbatas dan perubahan dalam persahabatan, pengelompokan sosial dan nilai yang diberikan pada popularitas dan status pemimpin yang tak bisa dihindari.
·         Mobilitas sosial pada pria terutama hasil usaha sendiri, sementara pada wanita terutama akibat pernikahan dengan pria yang berstatus lebih tinggi atau dengan pria yang berkat prestasinya mampu menaiki tangga sosial.[23]
    
2.6  PERKEMBANGAN ASPEK EMOSI
[24]Dewasa awal merupakan usia yang menentukkan tentang langkah dalam mencapai sutu kesuksessan, usia 18 hingga 25 tahun merupakan masa reproduktif dalam menangani suatu perjalanan kehidupan yang berkaitan dengan emosionalitas usia. Dewasa awal sering disebut dewasa dini maupun remaja akhir. Beberapa Ciri khas dalam masa remaja akhir di antaranya yakni :
1.      Kestabilan Bertambah
Pemuda-pemudi dalam masa ini telah menunjukkan kestabuilan yang bertambah,bilaman dibandingkan dengan Masa Remaja Awal.Pada Masa Remaja Akhir/Dewsa Awal/Dewasa Dini, perubahan yang tejadi seperti dalam hal minat-minatnya, pemilioha jabatan, pakaian dan rekreasi. Dalam maslah pergaulan,pemilihan  dalam menjalin suatu persahabatan dengan anak lawan jenis maupun dengan jenis kelamin yang sama menjadi stabil. Demikian pula tingkah laku yang berhubungan dengan emosinya. Sikap-sikapnya tidak lagi dapat dipengaruhi dengan mudah oleh pendirian orang-orang lain dan propaganda seperti pada masa remaja awal.
Karena keadaanya yang lebih stabil, anak remaja pada masa ini lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyeseuaian dari pada dahulu, pada masa ini lebih well-adjusted. Saat kapan seorang anak remaja berganti keadaanya dari keadaan tidak stabil ke keadaan stabil, tergantung dari sekitarnya. Anak yang hidup jauh dari orang tuanya, yang hidup di asrama akan lebih cepat mencapai keadaan stabil, karena lebih banyak mendapat kesempatan untuk mengambil keputusan-keputusan sendiri dan juga karena orang-orang lain tidak selalu mau menerima sikap-sikap yang disebabkan oleh ketidak-stabilan anak remaja sebagai orang tuanya sendiri. Maka hal inipun merupakan dorongan bagi anak remaja yang hidup jauh dari orang tuanya untuk mencapai kestabilan.
2.      Lebih matang  dalam cara menghadapi masalah
Masalah-masalah yang dihadapi oleh anak remaja pada masa ini menyerupai
masalah yang dihadapi oleh anak remaja dalam remaja awal, akan tetapi cara-caranya menghadapi masalah-masalah adalah lebih matang. Berat atau ringannya masalah yang dihadapi oleh seseorang anak remaja tergantung dari pola kehidupan yang dijalaninya, artinya apakah dia masih belajar atau sudah bekerja dan apakah dia masih hidup bersama orang tuanya atau bertempat tinggal jauh dari rumah.
      Pemuda-pemuda dalam masa ini semakin lama semakin dapat mnyelesaikan masalah-masalah sendiri. Akibatnya ialah, bahwa dia lebih pandai mnyesuaikan diri, lebih berbahagia dan lebih mudah dan mnyenangkan dalam pergaulan daripada anak remaja dan masa remaja awal, yang lekas jengkel, lekas marah disebabkan karena dia mengalami kesukaran dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.
3.      Ikut campur-tangan dari orang dewasa
Oleh karena pemuda-pemudi dalam masa ini telah lebih matang tingkah lakunya, telah lebih banyak perhatiannya terhadap perencanaan dan persiapan masa depannya dan tidak bersikap menetang lagi tehadap orang dewasa, maka orang-orang dewsa tidak terlalu memikirkannya dan mengkhawatirkan keadaanya lagi dan tidak banyak ikut campur-tangan dengannya, Akibatnya, pemuda-pemudi ini tidak terlalu dikekang dan diawasi serta dilindungi lagi. Kebebasan yang didapat mampu menghilangkan ketegangan-ketegngan dan keinginan untuk membantah.
4.      Pikiran realistis bertambah
Anggapan yang tinggi yang tidak realistis,yang dimilki oleh anak remaja dalam masa remaja awal,dari dirinya,temannya maupu orangtuanya merupakan salah satu sebab abak remaja menjadi sangat emosional.Namun saat menginjak dewasa awal pada masa ini seseorang akan bertambah pengalamannya dan kemampuannya untuk berfikir secara realistis ,mampu melihat keadaan dirinya.Sehingga seseorang akan merasa lebih enjoy atau lebih bahagia ,tidak menderita karena kekecewan dimasa lampau.
Tingkat ketegangan emosi berbanding lurus dengan adanya persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya, serta kemampuan mereka dalam mengatasi persoalan-persoalan tersebut. Menurut Robert J. Havighurst dalam bukunya “Human Development and Education” (1953), bahwa seseorang dalam usia awal atau pertengahan tiga puluh-an telah akan dapat memecahkan persoalan-persoalan serta cukup dapat mengendapkan ketegangan emosinya, sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil dan kalem. 
      Akan tetapi, apabila orang dewasa awal memiliki harapan-harapan yang tinggi. Sehingga akan terjadi kepayahan bahkan kegagalan ketika harapan yang terlalu tinggi tidak diimbangi dengan kemampuan dalam meraihnya.  Menurut H.S. Becker (1964), harapan-harapan untuk memperoleh status sosial atau jabatan yang terlalu tinggi (tidak sesuai kemampuan) merupakan peluang untuk mendapatkan stress, patah hati yang selanjutnya dapat menimbulkan kekacauan-kekacauan psikologis atau masalah-masalah psikosomatis.
Kebudayaan lingkungan sekitar juga mempengaruhi timbulnya ketegangan emosional. Penyesuaian yang baik, rata-rata tidak dapat dilakukan oleh orang dewasa dalam lingkungan sekitar yang sama sekali tidak pantas. McClusky dan G. Jensen dalam artikel mereka “The Psychology of Adult” (1959), mengatakan bahwa oran yang hidup dalam lingkungan sekitar yang sama sekali tidak pantas bagi dirinya, menimbulkan ketegangan-ketegangan emosional secara tetap. Keadaan ini disebabkan oleh pemaksaan terhadap minat dan kemampuan yang dimiliki. Semisal dalam profesi pramugari yang dituntut harus mampu bergaul atau luwes dan supel saat bekerja tapi tak memiliki kemampuan itu, maka tekanan perasaan dan pemaksaan terhadap minat dan kemampuan akan menjadi sebab timbulnya ketidaknyamanan bagi pekerja yang bersangkutan. 
Ketegangan sosial sering kali nampak berupa ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran yang pada umumnya bergantung pada ketercapaian penyesuaian pada persoalan-persoalan yang dihadapi dan sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan tersebut. Kekhawatiran yang berhubungan dengan keuangan akan terlihat ketika usia tiga puluhan, dimana persoalan ekonomis di dalam bisnis dan kehidupan rumah tangga memuncak. Sedangkan kekhawatiran dalam hal penampakan pribadi akan dirasakan dalam tahun-tahun pertengahan dewasa awal (27 – 35 tahun) karena pada masa ini banyak mengalami masalah yang berhubungan dengan pertemuan-pertemuan sosial atau hubungan suami istri yang harus dijaga kelestariannya. Sebelum usia ini, terjadi kekhawatiran-kekhawatiran yang berhubungan dengan nilai-nilai moral dan kontak-kontak antara dua jenis kelamin ; misalnya kencan dan romans (sejau mana yang boleh dilakukan; tidakkah apa yang telah terjadi melampaui batas?). Di usia 35 tahun sampai akhir masa dewasa awal ini kekhawatiran terpusat pada masalah-masalah kesehatan, meraih, meraih kesuksesan dalam karir maupun bisnis, dan keamanan kerja; mendekati masa tua dan kesukaran-kesukaran perkawinan serta kekhawatiran yang berhubungan dengan hubungan kekeluargaan.
Meskipun ciri-ciri orang dewasa menurut tingkat usia ini menggambarkan keadaan kultur barat (khususnya Amerika), tetapi nampaknya tidak jauh berbeda dengan orang dewasa yang dalam tingkat umur serupa dalam masyarakat Indonesia.[25]   
MASA DEWASA DINI SEBAGAI MASA KETEGANGAN EMOSIONAL
Apabila orang berada di tanah baru, mereka akan berusaha mengenali tanah yang dipijaknya dan mungkin sekali mereka mengalami bingung dan keresahan emosional. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya hal itulah yang mendasari huru-hara mahasiswa pada tahun enampuluhan. Sebagai manusia dalam kelompok usia hampir dewasa, umumnya masih duduk di bangku sekolah dan di ambang memasuki dunia pekerjaan orang dewasa. Pandangannya yang liar, menggugah jiwa eksplorasinya untuk berusaha merubah suasana dan pandangan di tanah yang sedang dipijakinya. Apa yang mereka lihat, ingin mereka rubah sesuai kemauannya.
Sudah lebih dari satu dasawarsa, para “pemberontak” yang dulu marah ini menarik untuk dilihat.  Sekarang mereka telah memasuki kehidupan yang mantap dan menjadi bagian dari kehidupan di Amerika. Setelah menilai pergerakannya dulu, mereka umumnya berkesimpulan bahwa perubahan-perubahan yang mereka inginkan sebaiknya dilakukan dari dalam dan bukan dari luar. Mereka memilih untuk mengikuti pola kehidupan yang mereka dulu ingin merubahnya. Kemudian menjadi pribadi pekerja keras, membangun rumah tangga dan menjadi warga Negara yang taat hukum.
Sekitar awal atau pertengahan umur tiga puluhan, umunya orang telah mampu menyelesaikan masalah-masalanya dengan cukup baik sehingga menjadikan mereka pribadi yang stabil dan tenang secara emosional. Apabila emosi yang menggelora sebagai ciri-ciri tahun-tahun awal kedewasaannya masih tetap kuat maka hal ini merupakan tanda bahwa penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa belum terlaksana secara memuaskan.
Apabila ketegangan emosi terus berlanjut hingga usia tigapuluhan, hal itu umumnya nampak dalam keresahan. Tingkat keresahan orang-orang muda itu pun tergantung dari masalah-masalah penyesuaian diri yang harus mereka hadapi saat itu dan berhasil tidaknya mereka selama berupaya menyelesaikan masalahnya. Kekhawatiran-kekhawatiran utama mereka mungkin terpusat pada pekerjaan mereka, karena mereka merasa bahwa mereka tidak mengalami kemajuan secepat yang mereka harapkan, atau mungkin terpusat pada masalah-masalah perkawinan atau peran sebagai orang tua. Apabila mereka merasa tidak mampu mengatasi masalah-masalah utama dalam kehidupannya, mereka merasa terganggu secara emosional, sehingga mereka memikirkan dan mencoba untuk bunuh diri.  [26]






BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1)      Menurut Zimbardo (2000), psikologi perkembangan adalah ilmu ilmiah yang mempelajari tentang perubahan kemajuan psikologis yang terjadi pada manusia dalam setiap periode hidupnya.Perkembangan manusia adalah adalah proses pertumbuhan dan perubahan seumur hidup manusia yang meliputi fisik,kognitif (intelektual) dan sosioemosional
2)      Masa dewasa adalah masa di mana seorang individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
            Beberapa tugas-tugas perkembangan pada dewasa awal antara lain :
·         Mulai bekerja
·         Memilih pasangan
·         Mulai membina keluarga
·         Mengasuh anak
·         Mengelola rumah tangga
·         Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
·         Mencari kelompok sosial yang menyenangkan
3)      Hadist Dan Al-Quran yang menjelaskan tentang tugas perkembangan perode dewasa
... kemudian (dengan berangsur-angsur) kami sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan adapula diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun... (QS Al-Hajj 22:5)
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. Q.S An-Nisa' 4:19
4)      Perkembangan Fisik pada Dewasa Awal
Bagi wanita : Menopause adalah perubahan dalam hal kemampuan repoduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya mentruasi dan hilangnya kesuburan.
Bagi Pria : Climacteric adalah kemunduran fisik seperti berkurangnya  produksi air mani, dan frekuensi orgasme yang cenderung merosot.
Dalam perkembangan fisik, masa dewasa awal usia 20-30 tahun merupakan masa puncaknya. Ketangkasan jari tangan dan pergerakan tangan mulai menurun setelah usia pertengahan 30 tahun (Troll dalam Papalia, 1995). Kekuatan, koordinasi, kecerdasan, kecekatan dan ketangkasan tangan, kecepatan merespon, ketajaman pandangan dan indera perasa semuanya berada di puncaknya sebelum usia 30 tahun.
5)      Perkembangan aspek kognitif pada periode dewasa awal seperti pengambil alihan, pencapaian, tanggung jawab, eksekutif, reintegratif. Selain itu,
6)      Perkembangan aspek sosial pada periode dewasa awal :
ü  Mobilitas Sosial
ü  Status Sosio-ekonomi
ü  Lamanya Tinggal di Suatu Kelompok Masyarakat
ü  Kelas Sosial
ü  Lingkungan Jenis Kelamin
Pokok Penting Masa Dewasa Dini dalam Aspek Sosial
·         Kegiatan sosial pada masa dewasa dini sering sangat dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Sebagai akibatnya banyak orang dewasa muda mengalami apa yang oleh Erikson disebut “krisis isolasi” yaitu masa kesepian karena terisolasi dari kelompok sosial.
·         Selama masa dewasa dini peran serta sosial sering terbatas dan perubahan dalam persahabatan, pengelompokan sosial dan nilai yang diberikan pada popularitas dan status pemimpin yang tak bisa dihindari. Mobilitas sosial pada pria terutama hasil usaha sendiri, sementara pada wanita terutama akibat pernikahan dengan pria yang berstatus lebih tinggi atau dengan pria yang berkat prestasinya mampu menaiki tangga sosial.
7)      Perkembangan Aspek emosi pada periode Dewasa awal :
ü  Kestabilan Bertambah
ü  Lebih matang  dalam cara menghadapi masalah
ü  Ikut campur-tangan dari orang dewasa
ü  Pikiran realistis bertambah

3.2 SARAN
            Semoga penyusunan makalah ini, bisa menjadi refleksi bagi kita semua, bahwa masa dewasa merupakan anugrah Tuhan yang diberikan oleh Allah SWT. Tugas perkembangan yang kami paparkan merupakan salah satu tanggung jawab kita dalam menjalani perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada periode. Beberapa aspek yang terjadi pada periode dewasa awal mampu memberikan pengetahuan baru dan wawasan terhadap kehidupan sekarang maupun dimasa datang.















DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Bandung, PT
Remaja Rosdakarya,  2006
Dra.SOESILOWINDRADINI,M.A.Psikologi Perkembangan (Masa
Remaja).Surabaya,Usaha Nasional,1990
Drs.Andi Mappiare.Psikologi Orang Dewasa.Surabaya,Usaha Nasional,
             1983
Diane E. Papalia, HUMAN DEVELOPMENT.Jakarta,KENCANA PRENADA MEDIA
GOUP, 2008
Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang
Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima , 1980
Mappiare, Andi.Psikologi Orang Dewasa. Malang: Usaha Nasional , 1983
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd= diakses tgl 15 februari 2015 , 13.00 WIB







[1] Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd.Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.Bandung, PT Remaja Rosdakarya,  
  2006, hal 3
[5] Dra.SOESILOWINDRADINI,M.A.Psikologi Perkembangan (Masa Remaja).Surabaya,Usaha
   Nasional,1990,hal  24
[9] Drs.Andi Mappiare.Psikologi Orang Dewasa.Surabaya,Usaha Nasional,1983,hal  206
[12] Diane E. Papalia,HUMAN DEVELOPMENT,(jakarta,KENCANA PRENADA MEDIA GOUP 2008) hal:654)
[13] Diane E.papalia,HUMAN DEVELOPMENT,(jakarta,KENCANA PRENADA MEDIA GROUP 2008) hal:657.
[14] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 250 (Glenn, N, D. Psychological well-being in the postparental stage : Some evidence from national surveys. Journal of Marriage & the Family, 1975, 37, 105-110)
[15] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 259
[16] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal, (Havighrust, R. J. Developmental tasks and education. (3rd ed.) New York : McKay, 1972)
[17] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 262 (Verbrugge, L. M. The Structure of adult friendship choices. Social Forces. 1977, 56, 576-597)
[18] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 262 (Knapp, C. W. and B. T. Harwood. Factors in the determination of intimate same-sex friendships. Journal of Genetic Psychology, 1977, 131, 83-90)
[19] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 262 (Packard, V. The status seekers. New Yor: Pocket Bocks, 1961)
[20] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 266
[21] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal, (Havighrust, R. J. Developmental tasks and education. (3rd ed.) New York : McKay, 1972)
[22] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 270-271. (Bernard, J. Homosociality and female depression. Journal of Social Issue, 1976, 32(4), 213-238)
[23] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 272-273.
[24] Dra.Soesilowindradini,M.A.Psikologi Perkembangan (masa remaja).Surabaya,Usaha Nasional,1990.hal 206
[25] Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Malang: Usaha Nasional, hal. 25-27.
[26] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.Edisi kelima, hal. 249-250.
Lokasi: Uin, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Jalan Bend. Sigura Gura, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang 65149, Indonesia
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com